WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Masjid Gunung Cilik atau Sabiilul Muttaqin di Dusun Pakem Desa Sumberagung Pracimantoro Wonogiri tak hanya misterius dari sisi pembangunannya.
Banyak sisi misteri lainnya yang melingkupi keberadaan masjid Gunung Cilik Pakem Sumberagung Pracimantoro Wonogiri yang juga disebut masjid tiban itu.
Di antaranya keberadaan dua kitab kuno yang pantang difoto. Juga bedug yang sudah dipindahkan.
Dua benda itu masih berada di dalam masjid Gunung Cilik di Pakem Sumberagung Pracimantoro Wonogiri hingga saat ini.
Di masjid Gunung Cilik di Pakem Sumberagung Pracimantoro Wonogiri itu terdapat kitab kuno yang usianya ratusan tahun. Kitab itu ditemukan saat masjid tiban dibongkar hingga akhirnya saat ini dibangun masjid kembali di Gunung Cilik.
Takmir masjid Gunung Cilik, Sutomo mengakui masjid itu masih ada sejumlah kejadian mistis. Namun, setiap orang mengalami hal berbeda saat merasakan kejadian tidak wajar di masjid tersebut. Tidak semua orang merasakan kejadian tidak wajar, hanya sebagian orang saja.
Salah satu hal yang dikeramatkan di masjid Gunung Cilik di Pakem Sumberagung Pracimantoro Wonogiri adalah kitab kuno yang dipercaya sudah berusia ratusan tahun. Meski terkena hujan dan panas, kitab itu masih aman dan tetap bisa dibaca hingga sekarang.
Ada dua kitab kuno yang tersimpan di masjid itu. Kedua kitab berwarna kuning kecoklatan lantaran usia itu bertuliskan arab. Kitab itu terbuat dari kulit hewan dan ditulis menggunakan tangan Adapun isi kitab itu tulisan Alquran, bacaan tahlil dan mujarobat. Sebab ada beberapa simbol bertuliskan arab.
Berdasarkan cerita nenek moyang, kata Sutomo, dulu kitab itu pernah dipinjam oleh Wedana, pemimpin wilayah distrik masa lalu. Saat itu dipinjam siang hari dan dibawa pulang. Namun pada malam harinya kitab itu sudah dikembalikan lagi. Pasalnya wedana itu diperintahkan seseorang agar segera mengembalikan kitab itu ke tempatnya.
Sutomo mengatakan, kitab itu juga pantang difoto menggunakan kamera apapun. Pernah kejadian saat itu kitab dipindahkan dari masjid lama ke masjid baru saat ini yang dibangun pada 2012 lalu. Karena masjid dipindah, otomatis kitab itu juga ikut dipindahkan.
Saat itu, Sutomo menyuruh seseorang memfoto dahulu menggunakan ponsel ketika dia membuka lembaran kitab. Setelah difoto, ada yang melihat sosok tinggi besar yang masuk ke rumah pemotret dengan menembus pintu. Setelah itu bayi atau anak kecil yang ada di rumah itu menangis.
“Nah saat itu kami bisa menyimpulkan jika kitab ini tidak boleh difoto. Karena setelah foto itu dihapus, bayi itu diam dan tidak menangis lagi. Ada beberapa orang yang nekat memfoto tapi juga terjadi kejadian tak wajar,” jelas Sutomo, baru baru ini.
Selain itu, lanjut Sutomo, buku itu tidak bisa difotokopi. Pernah ada orang yang ingin fotokopi. Namun hasilnya fotokopiannya hitam tidak jelas. Selain itu mesin fotokopinya juga rusak.
“Maaf sampai saat ini kami imbau mereka yang datang untuk tidak memotret kitab ini. Kalau mau dipelajari atau dibaca silakan,” tandas Sutomo.
Sutomo sendiri pernah mengalami hal tak wajar saat masjid Gunung Cilik dibangun kembali pada 2012 lalu. Saat itu baru dibangun pondasi. Setiap malam Sutomo membaca yasin di pojokan area masjid yang belum jadi itu.
“Nah saat itu saya seperti didatangi angin kencang yang mengarah ke saya. Seketika saya langsung teriak-teriak. Angin kan memang tidak nampak, tapi daun pepohonan bergerak. Sampai anak kecil yang menemani saya di sini kaget terbangun saat tidur,” kata Sutomo.
Selain itu, Sutomo juga pernah tidak kuat mengangkat bedug Masjid Gunung Cilik bersama temannya. Saat itu ada plastik di sebelah utara masjid. Oleh sesepuh disuruh dipindah ke selatan agar tidak kelihatan bergelantungan. Saat dipindah ke selatan, teman Sutomo menaiki bedug untuk memindah plastik tanpa lepas sandal.
“Saat itu bedug mau dipindah, saya angkat dengan teman saya tadi, tapi tiba-tiba tidak kuat. Karena bingung saya bilang ke sesepuh di sini. Beliau ke sini dan cuma bilang ‘aku ngerti, wes junjungen meneh (aku sudah mengerti, angkat lagi bedug itu) sambil menyentuh bedug. Setelah itu bedug diangkat dan dipindah dua orang kuat,” ungkap Sutomo.
Menurut Sutomo, kejadian bedug tak kuat diangkat tidak hanya terjadi satu kali. Ada satu kejadian lagi karena sesuatu hal yang menyebabkan bedug tidak bisa diangkat dengan jumlah orang normal.
Selain dirinya, Sutomo mengatakan jika sejumlah temannya melihat sesuatu di masjid tersebut. Salah seorang temannya ada yang melihat jika di tembok utara terdapat keris. Namun yang mengetahui hanya teman Sutomo itu.
“Ada teman saya yang tidur di sini. Saat malam dijumpai sosok orang berjubah. Katanya tingginya sampai atap masjid,” papar Sutomo. Aris Arianto