KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pengelolaan sampah di Kabupaten Karanganyar, Jateng rawan kategori darurat menyusul Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sukosari di Jumantono yang sudah overload.
Sementara di sisi lain, program Pemkab tentang sampah selesai di desa tidak berjalan.
Selain itu alat pengolah sampah incenetrator dari China yang berada di TPA Sukosari mangkrak bertahun-tahun belum bisa dioperasionalkan karena kendala teknis.
Sementara di satu sisi volume sampah cenderung naik seiring maraknya kunjungan wisata dan padatnya lingkungan perkotaan.
“Selama ini manajemen pengelolaan sampah di Karanganyar sangat lambat hanya slogan dan program yang tidak maksimal sedangkan volume sampah terus naik seiring kompleksitas pertumbuhan penduduk,” ungkap Anggota Komisi C DPRD Karanganyar, Joko Pramono kepada JOGLOSEMARNEWS.COM Selasa (2/5/2023).
Joko Pramono menjelaskan, mestinya dinas terkait serius menangani kendala yang terjadi karena persoalan sampah tidak bisa ditunda lagi sebab setiap hari ada sampah termasuk penambahan volumenya.
“Rasanya tidak fair jika dari tahun ke tahun bicara kendala alat incenerator dari China tapi tidak pernah ada solusi riil karena sampah itu berimpliklasi terhadap kesehatan, lingkungan sehingga wajib bergerak cepat,” tandas Joko Pramono.
Apalagi lanjut Joko Pramono tentang program sampah selesai di desa boleh dikata mandeg karena dari sebanyak 177 desa dan kelurahan yang ada di Karanganyar yang bisa berjalan tidak ke ih dari 10 desa.
Padahal program slah selesai di desa ibarat sekoci artinya jika berjalan 50% saja maka volume TPA Sukosari tidak akan overload justru berkurang.
Anggota Fraksi PDIP DPRD Karanganyar itu mencontohkan, di Desa Paulan, Colomadu yang mana sampah desa selesai di desa dengan anggaran sekitar Rp 300 juta selesai.
“Jika masalah anggaran Rp 300 juta per desa kan bisa dibicarakan minimal separo dari 177 desa berjalan maka tidak perlu pusing soal sampah,” pungkas Joko Pramono.
Menanggapi kritik tersebut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Karanganyar Bambang Djatmiko mengatakan sudah berkoordinasi dengan Institut Prasetya Mulya Jakarta selaku pihak ketiga yang mendatangkan alat incenerator tersebut. “Kami sudah berkoordinasi diharapkan secepatnya segera dicarikan solusi untuk bisa dioperasikan,” ungkapnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Selasa (2/5/2023).
Adapun terkait program sampah selesai di desa secara step by step terus didorong hanya saja kendala anggaran sekitar Rp300 juta per desa. “Secara umum kami terus melakukan peningkatan pengelolaan sampah termasuk penggantian bak-bak sampah yang ada di kota agar lebih cepat terangkut, namun untuk salah selesai di desa terus kita upayakan ada penambahan secara perlahan karena kendala anggaran,” pungkas Bambang Djatmiko. Beni Indra