SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sejumlah wali murid SD Negeri 1 Gondang Sragen mengeluhkan penarikan dana perpisahan siswa dan acara gelar seni kreatif (Gesit) yang dilakukan oleh pihak sekolah.
Kegiatan tersebut, dinilai baik akan tetapi tidak etis prosedurnya.
Meskipun nilainya hanya 20 ribu, akan tetapi dinilai tidak melalui mekanisme penarikan dana melalui komite Sekolah.
Penarikan dana 20 ribu rupiah itu, dilakukan saat wali murid mengambil raport siswa.
Selain itu, pihak sekolah juga membuat proposal bantuan bukan atas nama komite.
Proses penggalangan dana ini dinilai tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan (Permendikbud) nomor 75 tahun 2016.
Pada JOGLOSEMARNEWS.COM , salah satu wali murid yang tidak mau disebutkan nama lengkapnya mengatakan, sejak awal ia kurang setuju lantaran apa yang dilakukan sekolah tidak sesuai aturan, bahkan aksi penarikan dana 20 ribu rupiah tersebut tidak melalui Komite sekolah.
“Iya kalau nilainya tidak besar, saya pribadi tidak keberatan, Karena juga senang ketika anak-anak kita tersalurkan bakat seninya.
Namun langkah yang dilakukan tidak sesuai regulasi, itu yang disesalkan para wali murid siswa pada tahun ini,” kata salah satu oramg tua siswa, Minggu (25/6/2023).
Hal senada juga disampaikan langsung oleh Puji Santosa, salah satu warga Gondang yang kebetulan pada saat acara perpisahan dan penampilan seni kelulusan siswa kelas enam.
Dia mengakui acara tersebut sebenarnya positif. Namun ada penarikan Rp 20 ribu. Tapi penarikan yang melaksanakan sekolahan, bukan komite.
“Iya saya kemarin disana dan melihat langsung acara yang dilakukan pihak sekolah, akan tetapi saya sudah ketemu Komitenya, katanya nggak masalah,” jelasnya.
Sementara itu, dihubungi melalui telepon Kepala SDN 1 Gondang Sragen Totok Paryanto menyampaikan penarikan itu hanya Rp 20 ribu untuk snack anak dan orang tua. Selain itu dia mengklaim acara diserahkan wali murid.
Kemudian pihaknya panitia mencari sponsor sendiri untuk menutup anggaran.
Tidak hanya itu, ia mengklaim bahwa ada Musyawarah komite dulu sebelum acara. Lantas komite juga ada yang membantu anggaran terselenggara acara tersebut.
“Itukan sukarela nggak memaksakan. Komite juga ada, yang masuk anggota juga ada, iya termasuk panitia. Itu yang bergerak aktif malah orang tua sendiri. Itu yang mendanai anak malah orang tua sendiri, sound juga orang tua sendiri, sekolah manut,” terangnya.
Terpisah, Ketua komite SDN 1 Gondang Taufik Purwoko mengaku mendukung kegiatan itu. Tetapi dia menyampaikan komite tidak menggelar rapat dan tidak dilibatkan. Menurutnya kegiatan juga positif fan berjalan lancar.
“Iya benar acara berjalan lancar, Komite tidak dilibatkan karena itu bukan ranah kita, itu kegiatan kelas dan mengembang dan bisa mengundang banyak pihak dan alumi SDN 1 gondang,” terangnya.
Menurutnya tidak ada orang tua wali yang keberatan. Lantas jika ada yang keberatan, pihaknya siap untuk komunikasi dan ditindaklanjuti. ”Kalau ada keberatan tidak ada, kalau penarikan Rp 20 ribu buat snack. Saya sangat mendukung kegiatan tersebut,” bebernya.
Taufik menilai soal mekanisme harus melalui rapat komite, tidak dilakukan karena nilainya kecil. ”Itu monggo kalau mekanisme seperti itu (rapat komite, red) kalau membahas pembangunan sekolah okey, kegiatan itu intinya tidak ada yang keberatan.
Tapi kalau kaitannya Rp 20 ribu di permasalahkan itu kurang gayeng lah. Kita sebagai komite tidak mempermasalahkan. Komite gak dilibatkan nggak apa-apa. Yang penting nggak ada yang diberatkan ,dan semua mau dan senang ya sudah,” ujar dia.
Namun permasalahan ini menurutnya harus menjadi pelajaran agar tidak terulang kedepannya.; ”Terima kasih masukkannya buat pengalaman kedepan,” ujarnya.
Sementara Kepala Bidang (Kabid) SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen Suwarno mendengar soal SDN 1 Gondang menuturkan iuran itu dari panitia yang membentuk.
“Panitia yang dibentuk oleh wali murid kelas 6. Mungkin ketika rapat nggak semua komite diundang, tapi itu dibentuk panitia dari wali murid, dari dulu seperti itu karena saya pernah jadi kepala sekolah di situ,” ujarnya.
Huri Yanto