Beranda Panggung Seni Budaya Ini Sederet Istilah dalam Dunia  Keris

Ini Sederet Istilah dalam Dunia  Keris

jenis jenis keris
Keris telah ditetapkan sebagai karya agung warisan budaya kemanusiaan lisan dan non bendawi yang berasal dari Indonesia oleh UNESCO / Wikipedia

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM โ€“ Dunia keris selalu menarik untuk diulas lebih menukik. Dalam setiap hajatan yang menggunakan tradisi dan adat Jawa, keris biasanya tidak akan ketinggalan, khususnya bagi pria yang mengenakan surjan atau beskap.

Sebatang keris yang terselip di pinggang akan membuat seorang pria menjadi tampak lebih gagah dan berwibawa.

Sejatinya, dalam dunia keris, keris merupakan senjata tajam golongan belati yang memiliki ragam fungsi budaya, yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah.

Keris memiliki bentuk yang khas, yang mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya, karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar.

Sering kali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak di antaranya memiliki pamor (damascene), menampakkan serat-serat lapisan logam cerah pada helai bilahnya.

Dahulu, keris berfungsi sebagai senjata dalam duel atau peperangan, sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian.

Namun seiring perkembangan zaman, keris kini lebih cenderung merupakan benda aksesori, atau dalam istilah Jawa, ageman dalam berbusana, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.

Keris terdiri dari tiga bagian yaitu bilah (wilah), gagang (hulu) dan sarung (warangka) / Wikipedia

Nilai historis dan artistiknya yang tinggi, mendorong UNESCO pada tahun 2005 mengakui keris sebagai warisan budaya dunia non-bendawi dari Indonesia.

Tak heran jika UNNESCO memandang keris sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia, karena di dalam bilah keris tergambar sebuah daya cipta yang luhur, yang tercermin dari alur-alur yang terukir di bilahnya.

 

Istilah-istilah Perkerisan

 

Dalam dunia perkerisan, ada sejumlah istilah yang terdengar asing bagi orang awam. Untuk itu, di bawah ini diuraikan secara singkat istilah-istilah dalam dunia keris. Berikut istilah-istilah tersebut yang disusun secara alfabetik:

 

Angsar

Angsar adalah daya kesaktian yang dipercaya oleh sebagian orang terdapat pada sebilah keris. Angsar ini tidak bisa dilihat, namun dapat dirasakan oleh orang yang percaya. Angsar dapat berpengaruh baik atau posistif, namun bisa pula sebaliknya.

Intinya, semua keris memiliki angsar baik. Hanya saja, angsar yang baik belum tentu cocok bagi setiap orang. Misalnya, keris yang angsarnya baik untuk seorang prajurit, hampir pasti tidak cocok bila dimiliki oleh seorang pedagang.

Begitu pula, keris yang angsarnya baik untuk seorang pemimpin yang punya banyak anak buah, tidak sesuai bagi pegawai berpangkat rendah.

Bagaimana untuk mengetahui angsar sebuah keris agar seseorang tidak salah pilih? Untuk itu diperlukan ilmu tanjeg. Sedangkan untuk mengetahui cocok dan tidaknya seseorang dengan angsar sebuah keris, diperlukan ilmu tayuh.

Namun, di era sekarang, untuk keris yang cenderung hanya untuk kepentingan hiasan dan bukan untuk daya kaperbawan, angsar mungkin bisa dinomorsekiankan.

 

Dapur

Dapur adalah istilah yang digunakan untuk menyebut nama bentuk atau tipe bilah keris. Dapur keris ini menjadi ciri khas sebuah keris, sehingga dengan menyebut dapurnya, orang yang paham akan keris akan langsung tahu keris apa yang dimaksud.

Misalnya orang menyebut keris berdapur Tilam Upih, maka orang yang paham langsung tahu, bahwa keris yang dimaksud adalah keris lurus, bukan keris yang memakai luk.

Lain lagi ketika orang menyebut keris berdapur Sabuk Inten, maka dapat dipastikan yang dimaksud adalah keris ber-luk sebelas.

Jika ditanya, ada berapa dapur keris di Nusantara ini? Jawabanya mencengangkan, karena di masyarakat suku bangsa Jawa, dikenal lebih dari 145 macam dapur keris.

Namun dari jumlah itu, yang dianggap sebagai dapur keris yang baku atau mengikuti pakem hanya sekitar 120 macam saja. Serat Centini, salah satu sumber tertulis, yang dapat dianggap sebagai pedoman dapur keris yang pakem memuat rincian jumlah dapur keris sbb:

Keris lurus ada 40 macam dapur. Keris luk tiga ada 11 macam. Keris luk lima ada 12 macam. Keris luk tujuh ada 8 macam. Keris luk sembilan ada 13 macam. Keris luk sebelas ada 10 macam. Keris luk tigabelas ada 11 macam. Keris luk limabelas ada 3 macam. Keris luk tujuhbelas ada 2 macam. Keris luk sembilan belas, sampai luk duapuluh sembilan masing-masing ada semacam.

Namun menurut manuskrip Sejarah Empu karya Pangeran Wijil, jumlah dapur yang dianggap pakem lebih banyak lagi. Catatan itu menunjukkan dapur keris lurus ada 44 macam, yang luk tiga ada 13 macam, luk sebelas ada 10 macam, luk tigabelas ada11 macam, luk limabelas ada 6 macam, luk tujuhbelas ada 2 macam, luk sembilanbelas sampai luk duapuluh sembilan ada dua macam, dan luk tigapuluh lima ada semacam.

 

Luk

Luk merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut bilah keris yang tidak lurus, tetapi berkelok atau berlekuk. Luk pada keris selalu gasal, tidak pernah genap.

Untuk keris yang normal atau standar, hitungannya mulai dari luk tiga, sampai luk tigabelas. Apabila luknya lebih dari 13, dianggap sebagai keris yang tidak normal, dan disebut keris kalawijan atau palawijan.

Selain itu, irama luk keris dibagi menjadi tiga golongan. Pertama, luk yang kemba atau samar. Kedua, luk yang sedeng atau sedang. Dan ketiga, luk yang rengkol, yakni yang irama luknya tegas.

 

Mas kawin

Istilah ini digunakan dalam pembayaran sejumlah uang atau barang lain, sebagai syarat transaksi atau pemindahan hak milik atas sebilah keris. Dengan kata yang sederhana, mas kawin atau mahar adalah harga.

Istilah mas kawin atau mahar ini muncul karena dalam masyarakat perkerisan, terdapat kepercayaan bahwa isi sebilah keris harus cocok atau jodoh dengan pemiliknya.

Jika isi keris sudah berjodoh dengan pemilik, maka si pemilik akan mendapat keberuntungan. Demikian pula sebaliknya, kalau isi keris tidak sejalan dengan si pemilik, kesialan yang akan diperoleh. Dunia perkerisan,khsusunya untuk transaksi keris, dikenal juga istilah melamar, bilamana seseorang berminat hendak membeli sebuah keris.

 

Mendak

Mendak adalah istilah untuk menyebut cincin keris, yang berlaku di Pulau Jawa, Bali dan Madura. Di daerah lain biasanya digunakan istilah cincin keris. Mendak hampir selalu dibuat dari bahan logam: emas, perak, kuningan, atau tembaga.

Banyak di antaranya mendak ini dibuat lebih mewah, misalnya dengan menaburi intan atau berlian. Pada zaman dulu ada juga mendak yang dibuat dari besi berpamor.

Selain sebagai hiasan kemewahan, mendak juga berfungsi sebagai pembatas antara bagian hulu keris atau ukiran dengan bagian warangka.

 

Pamor

Istilah pamor dalam dunia perkerisan memiliki 3 (tiga) macam pengertian. Pertama, menyangkut bahan pembuatannya; misalnya: pamor meteorit, pamor Luwu, pamor nikel, dan pamor sanak. Kedua, menyangkut bentuk gambaran atau pola bentuknya. Misalnya: pamor Ngulit Semangka, Beras Wutah, Ri Wader, Adeg, dan sebagainya. Ketiga, menyangkut soal teknik pembuatannya, misalnya: pamor mlumah, pamor miring, dan pamor puntiran.

Selain itu, ditinjau dari niat sang empu, pola pamor yang terjadi masih dibagi lagi menjadi dua golongan. Kalau sang empu membuat pamor keris tanpa merekayasa polanya, maka pola pamor yang terjadi disebut pamor tiban.

Orang akan menganggap bentuk pola pamor itu terjadi karena anugerah Tuhan. Sebaliknya, jika sang empu lebih dulu membuat rekayasa pla pamornya, disebut pamor rekan [rรฉkan berasal dari kata rรฉka = rekayasa].

Contoh pamor tiban, misalnya: Beras wutah, Ngulit Semangka, Pulo Tirta. Contoh pamor rekan, misalnya: Udan Mas, Ron Genduru, Blarak Sinered, dan Untu Walang.

Ada lagi yang disebut pamor titipan atau pamor ceblokan, yakni pamor yang disusulkan pembuatannya, setelah bilah keris selesai 90 persen. Pola pamor itu disusulkan pada akhir proses pembuatan keris. Contohnya, pamor Kul Buntet, Batu Lapak, dll.

 

Pendok

Istilah pendok berfungsi sebagai pelindung atau pelapis gandar, yaitu bagian warangka keris yang terbuat dari kayu lunak. Namun fungsi pelindung itu kemudian beralih menjadi sarana penampil kemewahan. Pendok yang sederhana biasanya terbuat dari kuningan atau tembaga, tetapi yang mewah terbuat dari perak atau emas bertatah intan berlian.

Bentuk pendok ada beberapa macam, yakni pendok bunton, blewehan, slorok, dan topengan.

 

Perabot

Dalam dunia keris, perabot merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut asesoris bilah keris. Perlengkapan atau asesoris itu meliputi warangka atau sarung keris, ukiran atau hulu keris, mendak atau cincin keris, selut atau pedongkok, dan pendok atau logam pelapis warangka.

 

Ricikan

Merupakan bagian-bagian atau komponen bilah keris, di mana masing-masing ricikan keris ada namanya. Dalam dunia perkerisan soal ricikan ini penting, karena sangat erat kaitannya dengan soal dapur dan tangguh keris.

Sebilah keris ber-dapur Jalak Sangu Tumpeng tanda-tandanya adalah berbilah lurus, memakai gandik polos, pejetan, sogokan rangkap, tikel alis, dan tingil. Gandik polos, pejetan, sogokan rangkap, tikel alis, dan tingil, adalah komponen keris yang disebutricikan..

 

Selut

Seperti mendak, selut terbuat dari emas atau perak, bertatahkan permata. Tetapi fungsi selut terbatas hanya sebagai hiasan yang menampilkan kemewahan. Dilihat dari bentuk dan ukurannya, selut terbagi menjadi dua jenis, yaitu selut njeruk pecel yang ukurannya kecil, dan selut njeruk keprok yang lebih besar.

Sebagai catatan; pada tahun 2001, selut nyeruk keprok yang bermata berlian harganya dapat mencapai lebih dari Rp 20 juta!

Karena dianggap terlalu menampilkan kemewahan, tidak setiap orang mau mengenakan keris dengan hiasan selut.

 

Tangguh

Arti harafiah dari tangguh adalah perkiraan atau taksiran. Dalam dunia perkerisan, tangguh adalah perkiraan zaman pembuatan bilah keris, perkiraan tempat pembuatan, atau gaya pembuatannya.

Karena hanya merupakan perkiraan, me-nangguh keris bisa saja salah atau keliru. Kalau sebilah keris disebut tangguh Blambangan, padahal sebenarnya tangguh Majapahit, orang akan memaklumi kekeliruan tersebut, karena situs bentuk keris dari kedua tangguh itu memang mirip. Tetapi jika sebuah keris buatan baru di-tangguh keris Jenggala, maka jelas ia bukan seorang ahli tangguh yang baik.

Meski hanya perkiraan, namun tidak sembarang orang bisa menentukan tangguh keris. Untuk itu seseorang perlu belajar dari seorang ahli tangguh, dan mengamati secara cermat ribuan bilah keris. Ia juga harus memiliki photographic memory yang kuat.

Mas Ngabehi Wirasoekadga, abdidalem Keraton Kasunanan Surakarta, dalam bukunya Panangguhing Duwung (Sadubudi, Solo, 1955) membagi tangguh keris menjadi 20 tangguh. Ia tidak menyebut tentang tangguh Yogyakarta, melainkantangguh Ngenta-enta, yang terletak di dekat Yogya. [Suhamdani- berbagai sumber]