WONOSOBO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pengembangan agrowisata Tambi di Wonosobo, Jawa Tengah bisa dijadikan contoh bagi daerah lain, khususnya di wilayah Jawa Tengah.
Agrowisata tersebut dikelola antara Pemkab Wonosobo bekerja sama dengan PT Perkebunan Tambi, dengan persentase 50:50.
Agrowisata Tambi ini terbilang maju dan sukses, karena PT Perkebunan Tambi yang memproduksi teh ini selain menyasar pasar lokal juga sudah merambah pasar ekspor dan mampu mempekerjakan 900 lebih karyawan, yang sebagian besar warga sekitar.
Kesuksesan Agrowisata Tambi itu menarik perhatian Ketua Tim Peneliti Fundamental Universitas Jenderal Soedirman (TPF Unsoed) yang juga pakar pemberdayaan masyarakat, Dr Adhi Iman Sulaiman, SIP, M.Si .
Bersama dua dosen anggota TPF Unsoed dan 20 mahasiswa S1, S2 dan alumni, selama dua hari, Sabtu-Minggu (15-16/7/2023), mereka melakukan riset di PT Perkebunan Tambi, sebuah perusahaan yang awal mulanya didirikan oleh Belanda pada tahun 1865.
Hasil yang diharapkan dari riset ini, TPF Unsoed akan membantu mendesain model strategi revitalisasi pengembangan agrowisata berbasis Community Based Tourism (CBT), untuk menjadikan agrowisata ini sebagai destinasi unggulan dan destinasi wisata edukasi.
“Melalui riset ini, diharapkan ada tindak lanjut dari para pengambil kebijakan, sehingga kesejahteraan masyarakat setempat meningkat,” ujar Dr Adhi Iman Sulaiman, SIP, M.Si seperti dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.
Adhi Iman mengaku mendapat banyak pelajaran dari kesuksesan Agrowisata Tambi. Yakni, dalam hal pengelolaan dan pengembangan aset dan potensi agrowisata milik pemerintah yang bekerjasama dengan pihak swasta sebagai mitra atau investor.
“Keberadaan agrowisata ini dapat membuka lapangan pekerjaan dan kesejahteraan masyarakat sekitar,” ujar Adhi Iman Sulaiman yang juga dosen Magister Ilmu Komunikasi Fisip Unsoed.
Namun di balik kesuksesan itu, Adhi Iman mengingatkan, perlu adanya perhatian dari PT Perkebunan Tambi tentang kontrak kerja khususnya bagi para pemetik teh yang sudah lama bekerja atau lebih dari 5 tahun.
“Jaminan penghasilan dan kesehatan perlu diperhatikan, khususnya bagi pemetik teh yang sudah lama bekerja,” sarannya.
Selain itu, perlu diperhatikan juga program pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat sekitar, khususnya generasi muda berupa penyuluhan, pelatihan dan pendampingan dalam manajemen pariwisataa untuk pelayanan ke wisatawan.
“Termasuk pengolahan produk pasca panen yang khas dan manajemen promosi pemasaran digital produk teh,” saran Adhi Iman. Suhamdani