WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi, mengungkapkan bahwa hepatitis B di Indonesia sebagian besar ditularkan dari ibu ke anak, yang menyebabkan hepatitis B kronis.
Melansir kemkes.go.id, Minggu (30/7/2023) berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi hepatitis B (HBsAg) di Indonesia mencapai 7,1%, atau setara dengan sekitar 18 juta penduduk.
Namun, berita baiknya adalah pemerintah Indonesia telah berhasil menurunkan angka prevalensi hepatitis B melalui berbagai upaya pencegahan yang sistematis dan komprehensif.
Salah satu langkah penting yang diambil adalah memberikan vaksin hepatitis B dosis pertama kepada bayi baru lahir usia 0 atau kurang dari 24 jam, dilanjutkan dengan vaksinasi dosis selanjutnya sesuai dengan program imunisasi nasional.
Selain itu, Kementerian Kesehatan juga melakukan pemeriksaan hepatitis B pada semua ibu hamil sebagai bagian dari upaya mencegah penularan dari ibu yang terinfeksi kepada anak. Pada tahun 2022, pemeriksaan hepatitis B dilakukan kepada ibu hamil di 489 kabupaten/kota, dengan jumlah ibu hamil yang diperiksa melebihi 3,2 juta orang.
Pemberian obat antivirus tenofovir disoproxil fumarate kepada ibu hamil yang terdiagnosis hepatitis B juga telah menjadi langkah efektif dalam menangani masalah ini. Upaya ini telah dilakukan sejak tahun 2022 dan saat ini tengah dilakukan di 180 fasilitas kesehatan di 34 kabupaten/kota di 17 provinsi.
Direncanakan pada tahun 2029, seluruh kabupaten/kota di Indonesia dapat memberikan obat antivirus tenofovir disoproxil fumarate pada ibu hamil, sehingga diharapkan dapat semakin mengurangi penularan virus hepatitis B dari ibu ke anak.
Ketua Komite Ahli Hepatitis, Prof David Handojo Muljono, menyampaikan bahwa WHO (World Health Organization) telah menetapkan hepatitis sebagai prioritas penanganan dunia sejak tahun 2020. Di Indonesia, berdasarkan Riskesdas 2013, sekitar 18 juta orang mengidap hepatitis B. Namun, upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah, termasuk melakukan pemeriksaan hepatitis pada jutaan ibu hamil, memberikan vaksin, dan memberikan obat antivirus, menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah ini.
“Ibu hamil di Indonesia sebanyak 3,2 juta bisa dites hepatitis. Ini suatu prestasi karena hingga saat ini hanya Indonesia yang bisa melakukan pemeriksaan 3,2 juta ibu hamil dengan gratis,” ujar David Handojo Muljono.
Prof David Handojo Muljono juga mengapresiasi upaya Indonesia yang merupakan negara pionir di Asia dalam memberikan tenofovir disoproxil fumarate kepada ibu hamil yang terinfeksi hepatitis B. Ia juga mengimbau seluruh masyarakat untuk lebih terlibat dalam kampanye kesadaran tentang penyakit hepatitis, karena masalah ini perlu menjadi perhatian bagi semua orang. Diperlukan peran aktif dari setiap individu sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing untuk ikut berkontribusi dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit ini.
Dengan berbagai upaya pencegahan yang telah dilakukan dan dukungan masyarakat yang lebih luas, diharapkan bahwa prevalensi hepatitis B di Indonesia akan terus menurun. Pemerintah berkomitmen untuk terus berupaya mengatasi masalah ini dan melindungi generasi mendatang dari risiko penularan hepatitis B dari ibu ke anak.
Kesadaran dan partisipasi aktif dari masyarakat adalah kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan ini, menjadikan Indonesia sebagai contoh dalam penanggulangan penyakit hepatitis B secara efektif dan berkelanjutan. Aris Arianto.