BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Keberhasilan Pemkab Boyolali menagani orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) berbuah manis. Pemprov Jateng dan 11 Kabupaten/Kota tertarik datang langsung untuk turut belajar.
Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Boyolali Insan Adi Asmono menjelaskan, Kota Susu telah bebas dari OGJ yang dipasung. Bahkan penanganan ODGJ juga mendapat apresiasi dari pemerintah. Biro Setda Provinsi Jateng juga tergerak melihat langsung penanganan ODGJ dan bebas pasung di Boyolali.
“Sehingga berlanjut dengan studi tiru penanganan ODGJ dan pasung pada 8 Agustus lalu,” katanya, Senin (14/8/2023).
Selain itu, lanjut dia, ada 11 kabupaten/kota yang melakukan studi untuk meniru penanganan ODGJ di Boyolali. Yakni, Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Brebes, Kabupaten Batang, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kendal, Kabupaten Pati, Kabupaten Rembang, Grobogan dan Blora.
“Penanganan ODGJ harus dengan hati yaitu memanusiakan manusia. Hewan saja dipelihara dan dicukupi kebutuhannya, masa manusia dibuang dan tidak diurus,” katanya.
Setelah ada data valid baru dilakukan koordinasi dengan lintas sektor. Mulai dari pembuatan identitas pasien maupun Jaminan Kesehatan. Kemudian, pelayanan kesehatan melalui dinas dan Puskesmas.
Untuk pasien pasung dilakukan intervensi multi sektor. Yaitu dari penjemputan pasien untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan (faskes) hingga pengobatan di rumah atau home visit. Saat pasien (ODGJ) dibawa ke RS, maka Dinsos turut membantu memperbaiki kondisi rumah pasien.
“Tujuannya, agar pasien tidak trauma saat kembali ke rumahnya. Selain itu dilakukan advokasi ke lingkungan dan keluarga dalam penyiapan pasien pulang ke rumah oleh dinkes dan pihak terkait,” jelasnya.
Disinggung biaya perawatan pasien, Insan menyebut tidak ada kendala. Pembiayaan untuk pasien ODGJ yang tidak memiliki BPJS akan dibantu dengan anggaran Bankesos. Bantuan tersebut berasal dari Dinsos dan Baznas Kabupaten.
Pada pertengahan 2022, jumlah ODGJ ada 3.043 orang. Rinciannya, ada 49 ODGJ belum memiliki NIK, lalu yang sudah mempunyai BPJS ada 1.936 orang, yang tidak punya BPJS masih ada 1.065 dan yang sudah diobati ada 1.683 orang.
Dokter spesialis jiwa RSUD Simo, Ismail, menambahkan, home visit pada pasien ODGJ sangat penting. Hal ini bisa mempermudah akses layanan kesehatan. Home visit diberlakukan per daerah binaan. Sebab, di Kota Susu ada tiga RSUD yang telah memiliki dokter spesialis jiwa.
“Seperti di RSUD Simo memiliki bangsal rawat jiwa dengan dilengkapi alat canggih dalam penanganan ODGJ. Yaitu alat EEG atau alat untuk merekam gelombang otak pasien ODGJ. Jadi kami bisa menangani pasien jiwa tanpa harus dirujuk ke RSJ,” tandasnya. Waskita