YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kota Yogyakarta benar-benar dipusingkan masalah sampah, terutama sejak penutupan TPA Piyungan beberapa waktu lalu.
Salah satunya, masalah sampah berdampak pula pada kebersihan kawasan cagar budaya Kotabaru, Yogyakarta.
Dari pantauan wartawan Tribunjogja.com, parit-parit di sekitar Kotabaru banyak ditemukan plastik berisi sampah. Bahkan, tak jauh dari bangunan bersejarah Babon Aniem, terdapat tumpukan sampah.
Kondisi itu pun memunculkan protes di kalangan warga, yang meluapkannya dengan memancang spanduk bertuliskan ‘Warga menolak membuang sampah di sini’.
Pemasangan spanduk tersebut disayangkan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti. Menurutnya, sebagai kawasan cagar budaya, maka itu harus bersih.
“Karena keterawatan itu tidak hanya masalah maintenance bangunannya tapi juga lingkungannya. Kami bersama DLH akan memantau dan monitoring sejauh mana bisa kita antisipasi, jangan sampai ada tindakan seperti itu lagi,” ungkapnya.
Yetti mengatakan, nantinya akan ada petugas yang secara rutin melakukan pemantauan di lingkungan Kotabaru.
Lebih jauh ia mengatakan, penumpukan sampah ini terjadi karena kurang pedulinya masyarakat.
“Orang itu harus tepa selira (tenggang rasa), bahwa itu bukan tempat membuang sampah dan kita harus bertanggung jawab pada diri kita sendiri untuk membiasakan meminimalisir sampah,” imbuhnya.
Menurutnya jika berbicara tentang sampah, maka pendekatan budaya yang harus digencarkan.
Karena ini masalah kebiasaan, maka kebiasaan memilah dan mengolah sampah sendiri yang harus dioptimalkan.
“Selama ini mungkin orang lengah, dan kemudian orang dipaksa dalam kondisi kedaruratan ini, dengan kondisi ini kemudian akan menjadi kebiasaan untuk memilah sampah,” katanya.
Untuk mengubah budaya mengelola sampah tersebut, Yetti telah memulai dengan mengubah kebiasaan di lingkungan kantor Dinas Kebudayaan Yogyakarta.
Misalnya, ketika menghidangkan makanan di acara tertentu, tidak menggunakan kardus tapi langsung dengan piring-piring.
Kemudian minuman tidak menggunakan gelas atau botol plastik, tetapi setiap pegawai harus membawa wadah sendiri dari rumah.
Kemudian kantor juga telah membuat empat titik biopori sampah organik.
“Selain itu kami juga meminta setiap ASN membuat biopori di rumah masing-masing, meskipun kecil,” tandasnya.