KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM – Mahasiswa KKN Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Kelompok 222 UNS Surakarta menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bersama Taruna Tani Desa Gentungan, Mojogedang, Karanganyar.
FGD, atau sarasehan yang mengusung tema “Pengelolaan Limbah Rumah Tangga dan Limbah Ternak” tersebut berlangsung di aula Balai Desa Gentungan, Mojogedang, Kamis (24/8/2023).
Kegiatan tersebut lengkap dihadiri oleh Camat Mojogedang, Kepala Desa Gentungan, Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Mojogedang, Badan Permusyawaratan Desa Gentungan, Kelompok Taruna Tani, serta para petani yang belum tergabung dalam kelompok tani yang ada di masing-masing dusun.
Ketua tim KKN Kelompok 222 UNS, Prasojo Katon Dewanto menjelaskan, Desa Gentungan memiliki potensi luar biasa dalam hal pertanian, utamanya pertanian organik.
Dia mengatakan, pertanian organik selaras dengan pertanian berkelanjutan, sebagaimana dianjurkan oleh Pemerintah selama ini.
Karena sifatnya yang non kimiawi, demikian Prasojo, pertanian organik secara tak langsung mampu menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan.
“Melalui kegiatan ini diharapkan tercipta pertanian yang berkelanjutan,” ujar Prasojo dalam sambutannya.
Mewakili Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Mojogedang, Endri Cosmiyono menjelaskan, untuk mengetahui kemakmuran suatu bangsa dapat dilihat dari tanaman pangan yang berada di sekitar rumah tangganya.
Karena itu, Endri Cosmiyono mengajak warga memanfaatkan lahan pekarangan sekitar rumah untuk ditanami tanaman pangan maupun tanaman buah untuk dikonsumsi.
“Menjadi petani merupakan suatu amanah yang harus dijalankan dengan senang hati, walaupun banyak keadaan yang tidak mudah,” ujar Endri.
Ketua Taruna Tani, Kholiq Robani menjelaskan, pertanian organik memang sudah menjadi unggulan di Desa Gentungan dan telah dikenal sampai keluar desa.
Menurutnya, penerapan pertanian organik dapat dicapai melalui penggunaan pupuk organik.
Dalam kesempatan itu, Kholiq Robani juga menjelaskan mengenai cara pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) dari nasi basi. MOL dari nasi basi merupakan kumpulan mikroorganisme yang diternakkan dan dapat digunakan sebagai stater dalam pembuatan kompos organik.
“Jadi ada siklus di sini, nasi basi tidak dibuang, tapi dimanfaatkan untuk bahan pembuatan pupuk organik,” paparnya.
Dijelaskan, MOL nasi basi ini memiliki banyak manfaat seperti pupuk organik cair, dekomposer, serta pestisida nabati.
Ia memaparkan, pembuatan MOL nasi basi tergolong sangat mudah dan tidak memerlukan banyak bahan. Bahan yang diperlukan hanya nasi basi dan tetes tebu, sementara alat yang digunakan hanya ember.
Pembuatannya cukup dengan mencampur kedua bahan dan difermentasikan dalam ember tertutup selama 5-7 hari.
Wahyudi selaku Badan Permusyawaratan Desa Gentungan, berharap pelatihan tersebut dapat memberi manfaat baik untuk petani maupun pemerintahan. Ia meminta usai kegiatan tersebut, ada tindakan nyata di lapangan.
Kepala Desa Gentungan, Suwito berterimakasih atas kegiatan yang diadakan oleh KKN Kelompok 222 UNS bersama Taruna Tani.
Ia berharap masyarakat dapat memetik manfaat dari kegiatan tersebut hingga mampu menciptakan pertanian berkelanjutan melalui pengelolaan limbah ternak dan rumah tangga yang baik.
Sementara itu, Camat Mojogedang, Sutrisno, Ssos menjelaskan, ketahanan pangan berada di tangan petani, sehingga berapapun luasan lahan yang dimiliki harus tetap dikelola karena mampu menghidupi.
Melalui kegiatan ini diharapkan petani dapat menerapkan pertanian berkelanjutan sehingga tanah pertanian sebagai sumber kehidupan tetap dapat menghasilkan.
“Taruna Tani semoga tetap menjaga estafet dan bersinergi dengan petani untuk mempertahankan lahan pertanian yang ada di Desa Gentungan,” ujarnya.
Peserta Antusias
Kegiatan pemaparan materi kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipimpin oleh Ketua Taruna Tani, Kholiq Robani.
“Sasaran kegiatan ini sebenarnya adalah petani-petani yang belum tergabung dalam kelompok tani,” paparnya.
Ada satu pertanyaan menarik dari petani, yakni mengenai adanya perbedaan harga jual beras petani yang merupakan anggota kelompok tani dan yang bukan anggota.
Di mana, harga jual beras dari petani anggota kelompok tani bisa lebih mahal ketimbang harga jual petani yang bukn anggota.
Mengenai hal itu, Kholiq menjelaskan, bahwa harga beras yang berbeda disebabkan karena perbedaan lahan. Untuk petani yang tergabung dalam kelompok tani, lahannya sudah tersertifikasi organik.
“Sementara petani non kelompok tani belum tersertifikasi. Hal tersebut yang menimbulkan adanya perbedaan harga antara petani kelompok tani dan non kelompok tani”, jawab Kholik.
Ia berharap, usai kegiatan tersebut petani yang belum tergabung dalam kelompok tani bisa bergabung dalam kelompok tani dan Gapoktan, karena memiliki badan hukum sehingga jangkauannya lebih luas.
Ketua Tim KKN Kelompok 222 UNS mengatakan, bersama dengan Kelompok Taruna Tani, mereka mengupayakan kemandirian pupuk di kalangan petani sehingga tidak tergantung pada pupuk kimia dan dapat mengelola limbah ternak dan rumah tangga denga bijak.
Camat Mojogedang, Sutrisno, SSos menambahkan, dalam bidang pertanian organik, Mojogedang memang terhitung menjadi pelopor dan sudah dikenal hingga keluar desa.
Melalui kegiatan yang digelar mahasiswa KKN tersebut, ia berharap petani yang belum tergabung dalam kelompok tani bisa bergabung, agar bisa mendapat lebih banyak manfaat.
“Jika sudah bergabung, akan bisa lebih mandiri dalam hal pengadaan pupuk yang harganya lebih mahal untuk non kelompok tani. Selain itu, melalui kegiatan ini petani dapat mengolah limbah rumah tangga dan limbah ternak mereka menjadi pupuk sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk membeli pupuk dan petani bisa mandiri pupuk,” pungkasnya.
Untuk diketahui, KKN Kelompok 222 UNS ini terdiri dari 14 personel, yang masing-masing adalah Prasojo Katon Dewanto (Ketua tim), Faiq Taqiy Apta Danendra, Anastasia Nuri Figlia Carina, Nurul Istiqla.
Selanjutnya adalah Eko Septyaningrum, Muhammad Fadlin Luphdika, Desfinenda Calistarajni, Adinda Kusnul Khotimah, Austina Oktavia Putri, Muhammad Rangga Ababil, Chrisiwi Mustikaning Ati, Dewi Ocktavia Putri, Fedoryan Akmal Taufiqurahma dan Indriawati Anggraini.
Para mahasiswa tersebut menjalankan kegiatan di bawah bimbingan dosen pembimbing lapangan (DPL), Dosen Pembimbing Lapangan, Prof Dr Ir Ahmad Yunus, MS. [Redaksi]