Beranda Nasional Jogja Terencana, Keji dan Tak Berperikemanusiaan, Pelaku Mutilasi di Pakem Sleman Dituntut Hukuman...

Terencana, Keji dan Tak Berperikemanusiaan, Pelaku Mutilasi di Pakem Sleman Dituntut Hukuman Mati

sidang pelaku mutilasi di pakem sleman
Sidang tuntutan atas pelaku mutilasi dengan terdakwa Heru Prastiyo digelar di ruang sidang I pengadilan negeri Sleman, Selasa (15/8/2023) / tribunnews

SLEMAN, JOGLOSEMARNEWS.COM Dengan pertimbangan merupakan  perbuatan keji, tak berperikemanusiaan dan terencana, maka Kejaksaan Negeri (Kejari) Sleman menuntut pelaku mutilasi, Heru Prasetyo alias Putra Dewa.

Adapun yang menjadi korban dari kekejian pelaku mutilasi adalah Ayu Indriaswari, warga Yogyakarta yang dibunuh di sebuah Wisma Penginapan di Pakembinangun, Pakem, Sleman.

Dalam penilaian Jaksa, tindakan pembunuhan yang dilakukan terdakwa sudah terencana sesuai surat dakwaan pasal 340 KUHPidana.

“Perbuatan terdakwa sudah terencana dengan rapi, perbuatan terdakwa mengakibatkan hilangnya nyawa korban dan perbuatan terdakwa merupakan perbuatan yang keji dan tidak berperikemanusiaan,” kata Jaksa Penuntut Umum, Rina dan Hanifah, dalam sidang tuntutan yang digelar di ruang Sidang I, Pengadilan Negeri Sleman, Selasa (15/8/2023).

Pembunuhan disertai mutilasi terhadap Ayu Indriaswari, warga Yogyakarta itu dilakukan terdakwa Heru Prastiyo pada Minggu (19/3/2023) malam.

Heru menghabisi nyawa Ayu dengan keji di sebuah wisma penginapan di Pakembinangun.

Semula, keduanya janjian untuk kencan. Dengan posisi membelakangi korban, Heru kemudian memukulkan pipa besi yang telah dipersiapkan ke arah tubuh korban hingga tak berdaya.

Saat posisi korban tidak berdaya, Heru kemudian mengambil pisau dan menyembelih dan memotong-potong tubuh korban.

Di dalam persidangan sebelumnya, terungkap fakta juga, bahwa perbuatan keji pelaku ini sudah direncanakan seminggu sebelumnya.

Tujuan menghabisi nyawa korban, untuk menguasai harta, karena terdakwa terjerat pinjaman online (Pinjol).

Baca Juga :  Telinga Warga Sleman Putus Digigit Pitbull, Pemilik Anjing Berikan Kompensasi Rp10 Juta

Terdakwa Heru sebelumnya didakwa dengan tiga pasal sekaligus. Yaitu, pasal 340 KUHP sebagai pembunuhan berencana.

Lalu subsider Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan atau Pasal 365 Ayat 3 KUHP tentang pencurian yang mengakibatkan kematian orang.

Jaksa berpendapat, terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan pidana dengan sengaja dan terencana, sebagimana diatur dan diancam pidana pasal 340 KUHP.

Dakwaan ke satu dalam surat dakwaan, dinilai Jaksa terpenuhi sehingga dakwaan subsider tidak perlu dibuktikan

“Semua unsur dalam dakwaan telah dapat kami berikan, dikarenakan dakwaan ke satu primer telah terbukti, maka dakwaan subsider tidak perlu kami buktikan,” kata Jaksa.

Barang bukti dalam perkara itu, di antaranya seperti jam tangan, dompet kulit, kondom, pisau komando bayonet, celana panjang, celana dalam, satu handphone dimusnahkan. Sementara sepeda motor Scoopy berikut STNK-nya milik korban dikembalikan.

Setelah tuntutan dibacakan, Hakim Ketua, Aminudin SH, MH menyampaikan kepada terdakwa, bahwa tuntunannya adalah pidana mati.

Terdakwa maupun Penasehat hukumnya diberi kesempatan untuk mengajukan pledoi atau pembelaan. Terdakwa berencana mengajukan pledoi pada sidang 22 Agustus mendatang.

“Kamu akan mengajukan permohonan pledoi tertulis atau lisan?” Tanya Hakim kepada terdakwa.

“Tertulis yang mulia,” jawab Heru, yang mengikuti persidangan secara virtual.

Baca Juga :  4 Terduga Pelaku Penganiayaan di Sleman Diringkus Polisi, Berbagai Jenis Senjata Tajam Disita

Menanggapi tututan hukuman mati JPU, penasehat Hukum terdakwa, Sri Karyani SH mengatakan, hukum pidana didasarkan dengan asas kemanfaatan di mana di azas kemanfaatan itu dilengkapi dengan asas keadilan dan kepastian hukum.

Pihaknya akan menyampaikan pembelaan untuk meringankan hukuman kliennya pada sidang pekan depan.

“Minggu depan dari pihak tim pengacara akan mengajukan pledoi pembelaan apapun itu dan pihak terdakwa tadi juga sudah menyampaikan bahwa dia akan menyampaikan pledoi, baik secara tertulis ataupun lisan, kami dari tim penasihat hukum akan menerima risiko yang paling tertinggi terhadap vonis yang akan dijatuhkan oleh majelis hakim, dan apapun vonisnya nanti kami akan sangat menghormati keputusan hakim,” katanya.

www.tribunnews.com