YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kota Yogya benar-benar dibelit masalah sampah. Sejumlah depo tampak semakin dipenuhi timbunan sampah dan mulai dikeluhkan oleh warga masyarakat di sekitarnya.
Pantauan di lapangan memperlihatkan, satu di antara depo sampah yang kondisinya paling memprihatinkan ialah Depo Pengok, Gondokusuman, di mana tumpukan limbah nyaris meluber ke jalanan.
Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Ahmad Haryoko mengungkapkan, sejauh ini pihaknya belum sanggup mengangkut sampah dari depo secara keseluruhan.
Bukan tanpa sebab, selama kuota pembuangan ke TPA Piyungan masih dibatasi 135 ton per hari, maka tumpukan limbah di depo pun tidak terhindarkan.
“Sepanjang di hilirnya (TPA Piyungan) belum bisa mendapat kuota mencukupi, timbunan di depo pasti masih terjadi,” tambah Haryoko, Jumat (29/9/2023).
“Sekarang ini kondisinya maksimal hanya 2 rit saja, yang bisa kita angkut dari depo. Padahal, ukurannya Depo Pengok itu 4-5 rit seharusnya,” tambahnya.
Meski demikian, pihaknya pun tak tinggal diam, serta berupaya menangani polemik tumpukan sampah di depo untuk mengantisipasi timbulnya gas metan.
Salah satunya, dengan penyemprotan cairan eco lindi, menyasar semua depo di Kota Yogya yang sejauh ini kondisinya semakin dipenuhi timbunan sampah.
“Itu untuk meminimalisir terjadinya gas metan yang lebih banyak. Ketika disemprotkan, ada bakteri yang masuk, sekaligus mengurainya, ya,” ujar Haryoko.
Lebih jauh, jikalau kondisinya sudah semakin parah, DLH pun sudah mempersiapkan skema pemasangan cerobong khusus, untuk pembuangan gas metan.
“Ya, jika sudah lebih dari 30 hari, memang harus ada pemasangan cerobong, atau semacam pipa, untuk mengeluarkan gas metannya itu,” terang Hayoko.
Pasalnya, saat ini masyarakat di sekotar depo pun mulai mengeluhkan aroma tidak sedap yang muncul dari limbah yang berhari-hari menumpuk tersebut.
“Jadi, itu semacam pipa untuk mengeluarkan gas metannya. Kita selalu ukur panasnya. Tapi sejauh ini belum diperlukan, masih terkendali,” ungkapnya.
“Kalau keluhan warga sekitar depo sudah sering, ya, tapi mau bagaimana lagi. Selama di hilirnya masih bermasalah kita ikut bermasalah,” urai Haryoko.
Di samping itu, ia memaparkan, DLH juga tengah memutar otak, untuk mengatur jadwal pembuangan sampah dari deretan depo menuju TPA Piyungan.
Sebab, sampai sejauh ini masih ada sekitar 50 ton sampah per hari di Kota Yogyakarta yang urung terkelola, serta tak bisa dialokasikan ke pembuangan akhir.
“Jadi, banyak sampah yang harus menginap (di depo). Tentu, ini harus kita atur jadwal pengakutannya, ini jadi pekerjaan rumah bagi DLH,” pungkasnya.