Beranda Daerah Boyolali Harga Beras Semakin Mahal, Perpadi Jateng Minta Pemerintah Salurkan Bansos dan Operasi...

Harga Beras Semakin Mahal, Perpadi Jateng Minta Pemerintah Salurkan Bansos dan Operasi Pasar

Ilustrasi pedagang beras di pasar tradisional Boyolali. Waskita

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM -– Makin mahalnya harga beras di pasaran saat ini disorot Perkumpulan Pengusaha Beras dan Penggilingan Padi (Perpadi) Jawa Tengah. Untuk itu Perpadi Jateng minta pemerintah segera menggelontorkan bantuan sosial (Bansos) pangan dan melakukan operasi pasar.

“Ini ntuk mengendalikan harga beras,” kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Perpadi Jawa Tengah, Tulus Budiyono, Jumat (1/9/2023).

Menurutnya, penyebab lonjakan harga beras ada beberapa faktor. Pertama, karena luas lahan panenan padi saat ini berkurang. Kedua, sentra-sentra produksi padi sekarang ini juga sudah tidak panen.

Daerah-daerah penghasil padi sudah selesai panen. Selain itu sebagian sawah-sawah saat ini juga tidak bisa ditanami karena tak ada air. Hal ini dampak El Nino atau musim kemarau panjang.

“Kemarin saya perjalanan dari Jogja sampai Bandung, tidak ada panenan. Semua kering,” katanya.

Faktor ketiga, stok beras di tingkat konsumen dan pengusaha beras sudah menipis. Dan keempat, saat ini bantuan sosial pangan atau beras dari pemerintah untuk masyarakat miskin belum dikucurkan.

Untuk itu, pemerintah harus segera turun tangan. Yaitu segera melakukan operasi pasar dan menggelontorkan bantuan sosial (Bansos) pangan atau beras.

“Perlu segera operasi pasar, sehingga stok yang ada di bakul, di pedagang, di retail itu ada. Stok yang ada di pemerintah ada, karena di pihak pengusaha sekarang stok sudah menipis. Stoknya sudah nggak punya,” ujarnya.

Ditambahkan, dengan luas panen yang menyempit, akhirnya harga gabah kompetitif di pasar. Selepan yang penting saat ini bisa jalan.

“Sehingga harga naik terus, permintaan tinggi, barang stagnan atau barang berkurang. Sehingga setiap hari rata-rata naik Rp 100/kg,” lanjutnya.

Dikemukakan, harga beras yang tinggi tersebut, karena harga dari tingkat petani juga sudah tinggi. Saat ini harga gabah kering panen (GKP) di wilayah Boyolali dan sekitarnya sudah diangka Rp 7.000/kg.

“Ini rata-rata sudah sampai ke Sumatera, Sulawesi, rata-rata (harga GKP) sudah menyentuh angka itu (Rp 7.000/kg).”

Sehingga harga beras saat ini di pasaran sudah diatas harga eceran tertinggi (HET). Harga beras sekarang sudah tembus Rp 13 ribuan/kg untuk beras premium. Sedangkan beras medium sekitar Rp 12.500/kg.

“Tapi nggak ada (beras medium). Rata-rata prosesnya premium, karena gabah sudah mahal, kalau diproses medium rugi.”

Kondisi gejolak harga beras ini, kata dia, terjadi hampir menyeluruh di Indonesia. Dia menyampaikan dalam Rakat Kerja Nasional (Rakernas) Perpadi di Bandung kemarin, dari sharing-sharing kondisi beras di daerah-daerah masing-masing terjadi kenaikan harga.

Harga beras sekarang sudah Rp 13an, melebihi HET. Beras premium. Medium 12.500, tapi nggak ada, rata-rata prosesnya premium.

Kondisi seperti ini menyeluruh, rata-rata kemarin pertemuan di Bandung terungkap seperti itu.
Untuk itu, pemerintah harus segera bertindak dengan melakukan operasi pasar dan segera menggelontorkan Bansos pangan.

“Kalau tidak, ya nanti tetep naik terus. Ngeri, mas,” pungkasnya. Waskita

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.