BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM โ Harga tebasan padi di sawah di Kabupaten Boyolali melonjak hingga 100% seiring kenaikan harga beras di pasaran. Hal ini membuat para petani di sentra penghasil padi di Kecamatan Banyudono tersenyum ceria.
Menurut Gunawan, salah satu petani di Desa Jembungan, harga tebasan padi untuk lahan seluas 2.500 meter persegi dengan kondisi panen baik kini mencapai Rp 10 juta-Rp 12 juta. Harga ini naik dari sebelumnya yang hanya berkisar Rp 6 juta-Rp 7 juta.
โIya, harga tebasan padi di sawah memang naik,โ ujar Gunawan (58) salah satu petani di Desa Jembungan pada Jumat (8/9/2023).
Dijelaskan, kini para petani desanya lebih suka menjual padi dengan sistem tebasan. Dimana penebas menaksir sendiri hamparan padi di sawah serta menentukan harganya. Jika disepakati, maka panen bisa dilakukan setelah membayar lunas harga tebasnya.
โHarga tebasan juga ikut naik seiring kenaikan harga bersa di pasar,โ katanya
Adapun harga tebasan saat ini mencapai Rp 10 juta- Rp 12 juta untuk lahan sawah seluas 2.500 m2 dengan kondisi panen baik. Harga tersebut naik dari sebelumnya yang hanya berkisar Rp 6 juta- Rp 7 juta.
โKalau kurang bagus ya sekitar Rp 8 juta,โ katanya
Petani lain, Ismadi (54) memperkirakan harga tebasan padi di sawah bisa terus naik. Pasalnya, saat ini masih musim kemarau dan wilayah tadah hujan tidak panen. Yang panen hanya sawah berpengairan teknis.
โSawah di sini bisa ditanam padi sepanjang tahun karena dapat air dari sumber air di Pengging,โ katanya.
Namun demikian, dia mengaku tingginya harga panen biasanya tidak bertahan lama. Jika pemerintah sudah melakukan operasi pasar atau menggulirkan bantuan sosial beras, maka harga beras pun akan turun.
โHal ini biasanya juga akan diikuti menurunnya harga tebasan padi disawah.โ
Namun demikian, setidaknya kenaikan harga padi turut mengatrol pendapatan petani. Pasalnya, kondisi petani saat ini memprihatinkan dan terjepit. Petani lebih sering merugi karena harga beras anjlok.
โBelum lagi adanya serangan hama penyakit yang menyerang tanaman padi. Biasanya panen bagus dua kali, namun bisa gagal dua atau tigak kali,โ terangnya.
Belum lagi petani dihadapkan pada mahalnya biaya tanam. Untuk sepetak sawah kisaran luas 2.000- an meter2, petani harus merogoh kocek hingga Rp 2,5 juta untuk biaya tanam. Belum lagi biaya sewa lahan Rp 2,5 juta/tahun.
โTenaga kerja juga makin sulit, jarang anak muda sekarang mau kerja di sawah. Mereka pilih kerja di pabrik,โ katanya.
Petani juga sering kesulitan mendapatkan pupuk urea yang mencapai harganya bisa mencapai Rp 500.000/ sak ukuran 50 kg. Saat puncak masa tanam, pupuk bahkan sering menghilang dari pasaran.
โPupuk subsidi tak cukup, paling hanya dapat 50 kg saja. Padahal sepetak sawah butuh urea hingga 100- 150 kg. Jadi harus beli pupuk non subsidi yang harganya mahal,โ tandasnya. Waskita