WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Adanya kemarau panjang dan ancaman El Nino menyebabkan bencana kekeringan di beberapa daerah. Lantaran itu air menjadi kebutuhan yang semakin sangat vital, keberadaan waduk, bendungan, dan sumber air terus diperhatikan, termasuk Waduk Gajah Mungkur Wonogiri.
Pertanyaannya, saat kemarau panjang ini stok air Waduk Gajah Mungkur Wonogiri aman tidak?
Terkait itu, Perum Jasa Tirta I memastikan kondisi dan kapasitas Waduk Gajah Mungkur Wonogiri saat ini dalam kondisi aman.
Kepala Sub Divisi Jasa ASA III/PJT I Fendri Ferdian mengatakan, elevasi air Bendungan Gajah Mungkur saat ini tercatat 130,18 meter. Angka ini masih dalam kategori aman karena batas elevasi operasional terendah bendungan adalah 127 meter.
Artinya, debit air di bendungan masih cukup untuk operasional, seperti pengoperasian turbin PLTA Wonogiri dan irigasi.
“Kami bersama BBWS Bengawan Solo, Dinas PU SDA dan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah telah melakukan rapat koordinasi bersama. Terutama untuk pemanfaatan air Bendungan Wonogiri untuk irigasi pertanian,” kata Fendri Ferdian saat ditemui wartawan di lokasi Spillway Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, Sabtu (9/9/2024).
Menurut Fendri Ferdian, alokasi suplai air untuk irigasi pertanian tetap didukung oleh PJT I. Bahkan, alokasinya diperpanjang hingga 15 Oktober, dari yang semula berakhir pada 30 September.
“Awalnya ada kesepakatan untuk musim tanam ketiga ini yang seharusnya palawija, masih ada petani yang tanam padi. Jadi kami support untuk irigasi yang semula sampai 30 September, kami perpanjangan hingga 15 Oktober,” ujar Fendri Ferdian.
Penurunan Kapasitas
Waduk Gajah Mungkur Wonogiri yang berada di hulu Sungai Bengawan Solo ini menjadi salah satu sumber air baku yang mengalir di 12 kabupaten kota dari Wonogiri, Jawa Tengah hingga muaranya di Gresik, Jawa Timur. Kondisi bendungan yang dibangun tahun 1978 dan mulai dioperasikan tahun 1980 ini terus mengalami penurunan kapasitas daya tampung.
Jika volume tampungan total di 1980 mencapai 560 juta m3 dengan volume efektif 440 juta m3, di tahun 2022 turun dengan volume total 365 juta m3 dan volume efektif 322 m3. Penurunan volume tampung bendungan dikarenakan faktor sedimentasi.
Untuk mengoptimalkan kapasitas, PJT I melakukan kegiatan operasional pemeliharaan dengan mengeruk sedimen menggunakan alat berat, serta kapal keruk.
“Kami terus melakukan upaya optimalisasi kapasitas bendungan, salah satunya dengan melakukan kegiatan pengerukan sedimen. Kami menargetkan, kapasitas bendungan dapat kembali seperti semula,” jelas Fendri Ferdian. Aris Arianto