Beranda Daerah Wonogiri Solusi Kekeringan Wonogiri hingga Banjir Melalui GAPLEK Wonogiri, Seperti ini Penjelasannya

Solusi Kekeringan Wonogiri hingga Banjir Melalui GAPLEK Wonogiri, Seperti ini Penjelasannya

Penanaman pohon
Penanaman pohon yang terbukti mampu menjadi solusi kekeringan dan banjir. Foto : istimewa

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Penanaman kembali pohon endemik lokal ternyata merupakan solusi terjadinya kekeringan Wonogiri. Solusi ini dikenal dengan sebutan GAPLEK Wonogiri

Selain itu keberadaan pohon sangat vital bagi lingkungan. Salah satunya bermanfaat sebagai pengendali banjir.

Ir. Saptarsono mengungkapkan kenyataan tersebut, Kamis (5/10/2023). Ir. Saptarsono adalah seorang wirausahawan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Beliau menggeluti usaha pembuatan bibit tanaman hutan, bibit tanaman perkebunan dan hortikultura, salah satunya CV Agroforestry Indonesia. Juga produsen pupuk organik, dan pelaksana penanaman lahan kritis di Kalimantan.

“Pohon sangat berkontribusi dalam ketersediaan air. Beberapa manfaat pohon adalah penyedia oksigen, penyimpan air, menahan laju air dan erosi,” ungkap Pak Sapto, sapaan akrabnya.

Adapun hutan mampu membuat lebih banyak air yang terserap ke dalam tanah (60-80 persen). Dengan kemampuan ini, keberadaan pohon dapat meningkatkan cadangan air tanah. Selain dapat menahan laju air, akar pohon berfungsi sebagai penahan erosi tanah dan pengendalian banjir.

“Penebangan pohon di Wonogiri, terutama di pekarangan dan hutan rakyat secara besar-besaran, sangat berdampak buruk kepada ketersediaan air,” jelas Pak Sapto.

Diperparah trend industri mebel berbahan baku kayu trembesi menyebabkan penebangan kayu trembesi hingga ke pelosok desa. Alhasil lahan menjadi gersang, hingga tak ada lagi yang membantu tanah menyerap lebih banyak air.

Dengan demikian akhirnya menyebabkan terjadinya penurunan sumber daya air, yang berakibat mengeringnya sumber air baik sumur, sendang, waduk, maupun telaga.

Dengan tidak adanya pohon/hutan, di saat hujan lebat mengakibatkan banjir. Lantaran pohon yang berfungsi sebagai penyerap air tidak dapat menyerap dan menyimpan air dalam jumlah yang banyak ketika hujan lebat.

Baca Juga :  Dari Pusat Hingga Daerah, Semua ASN Diminta Bantu Korban Banjir dan Longsor Sumatra, ini Instruksi MenPANRB

“Solusi untuk mengatasi hal ini maka perlu digalakkan kembali penanaman pohon endemik lokal penyimpan air. Antara lain Pohon Trembesi, Beringin, Gayam, Lo, Preh, Bulu, Kepuh. Dengan ditanam di lokasi dekat mata air, sempadan sungai, embung, sendang, sumber, makam, resan, waduk, luweng, lokasi tanah desa,” ujar dia.

Di samping itu perlu menggalakkan penanaman hutan rakyat (Jati, Mahoni, Sengon, Jabon) di lahan dan atau tegalan. Selanjutnya rehabilitasi lahan kritis milik negara (Perhutani, hutan negara) dengan Penanaman tanaman kehidupan, dikenal dengan HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu ) seperti Jambu Mete, Jengkol, Petai, Sukun, Karet, Jambu air, dan lainnya. Diharapkan tanaman tidak akan ditebang, tapi masyarakat sekitar hutan bisa merawat dan memetik hasil panennya.

“Saya mempunyai wacana dan usul kepada pemerintah, di awal musim penghujan melaksanakan kegiatan penanaman pohon endemik lokal penyimpan air tinggi yang dinamakan GAPLEK Wonogiri (Gerakan Pelestarian Lingkungan dan Ekosistem) Wonogiri,” beber dia.

Pak Sapto menerangkan kegiatan ini melibatkan banyak fihak untuk keberhasilannya, terutama perlunya keterlibatan langsung pemerintah dalam hal Ini Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BPDASHL, Pemerintah Daerah, LSM, swasta dan pemerintah desa, serta para pihak pemerhati lingkungan.

Adapun teknis pelaksanaan legiatan dapat dilakukan dengan beberapa alternatif, yaitu :

A. Penanaman Pohon Endemik Lokal

1. Menanami kembali jenis pohon endemik, tiap dusun menanam 50 pohon, serentak se Kabupaten Wonogiri, dengan bibit diperoleh gratis dari BPDASHL Solo.

2. Pelaksanaan penanaman pohon Elendemik diatas, dilakukan secara swadaya masyarakat, diprioritaskan di sekitar mata air, sumber, telaga, lapangan, resan, makam, sendang, embung dan sepanjang kanan-kiri sungai sekitar dusun/sldesa.

Baca Juga :  Cara Mengurus SKCK Syarat Lengkap plus Biaya Resmi, Jadi Senjata Wajib Lamar Kerja!

B. Penggalakan Penanaman Tanaman Kehidupan/HHBK baik di pekarangan, tegalan atau hutan megara, dengan pengadaan Blbibit dari pemerintah (Proyek).

C. Penanaman Hutan Rakyat dan Rehabilitasi Das pada Lahan Kritis dan Terlantar

Sasaran penanaman dilakukan di lahan kosong atau terlantar milik masyarakat, dilakukan dengan mandiri, melalui bantuan bibit gratis dari BPDASHL ke masyarakat, dengan jenis tanaman keras, berumur panjang (Jati, Sono Keling Gmelina, Sengon, Trembesi). Masyarakat dibantu biaya dalam penanaman (biaya tanam, pupuk, biaya perawatan) yang dananya bersumber dari pemerintah.

“Hal ini mendesak sesegera mungkin dilaksanakan, mengingat Wonogiri sebagai Hulu Sungai Bengawan Solo, yang berkontribusi pada penyediaan air Untuk Waduk Gajah Mungkur terutama Wonogiri Selatan. Pada beberapa tahun terakhir kalau musim hujan di bagian hulu sering banjir, sementara di musim kemarau terjadi kelangkaan air bersih,” tandas dia. Aris Arianto

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.