Beranda Daerah Solo Banyak Penonton Kenakan Jersey Spanyol, Pelatih Timnas Spanyol U-17: Seperti Bermain di...

Banyak Penonton Kenakan Jersey Spanyol, Pelatih Timnas Spanyol U-17: Seperti Bermain di Rumah Sendiri

Piala dunia U-17 yang berlangsung di Indonesia, termasuk di Kota Solo, mendorong kenaikan okupansi sejumlah hotel | Foto: Prihatsari

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pelatih Timnas Spanyol U-17, Jose Maria Lana Fernandez menyebut berlaga di Kota Solo khususnya di Stadion Manahan Solo seperti bermain di rumah sendiri.

Hal itu diungkapkannya lantaran banyak penonton mengenakan jersey Timnas Spanyol saat menyaksikan pertandingan.

Hal itu menambah semangat timnya menghadapi Mali pada pertandingan kedua Grup B Piala Dunia U-17 2023 yang akan digelar Senin (13/11/2023) mulai pukul 16.00 WIB di Stadion Manahan Solo.

Sebelumnya, Jose Lana merasakan hal serupa ketika Spanyol U-17 menang 2-0 atas Kanada U-17 pada partai pertama. Kala itu, ada banyak suporter yang memberikan dukungan untuk anak asuhnya.

“Setiap tim sama-sama bagus, tetapi Spanyol seperti merasa bermain di rumah sendiri. Hal itu bisa saja menjadi tekanan saat menghadapi atmosfer stadion yang dipenuhi oleh suporter kami,” ujarnya, Senin (13/11/2023).

Baca Juga :  Tim Hukum Paslon 02 Pilkada Solo Lapor ke BPK Jateng Atas Dugaan Penyalahgunaan Gas Melon

Jose menambahkan, Spanyol harus bisa mempertahankan identitas permainan saat melawan Mali nanti. Hal ini penting agar Marc Guiu dan kawan-kawan bisa meredam para pemain Mali yang sama-sama berkualitas.

“Kami akan berusaha bermain dengan gaya permainan kami sendiri saat bertanding melawan tim mana pun di Piala Dunia U-17 2023 ini. Itu menjadi target kami dalam setiap pertandingan,” bebernya.

Di sisi lain, Jose menyebut kunci utama untuk meraih tiga poin pada laga ini yaitu mengontrol pertandingan. Oleh sebab itu, Timnas Spanyol U-17 harus tetap mempertahankan dominasi penguasaan bola.

“Melawan Mali, kami harus bisa mendominasi penguasaan bola sepanjang pertandingan. Hal itu dilakukan agar para pemain Mali tidak bisa memaksimalkan kecepatannya dalam melakukan transisi,” tukasnya. Prihatsari