KLATEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Karyawan selepan beras di Dusun Sokobaru, Desa Pundungsari, Kecamatan Trucuk, Klaten heboh dengan ditemukannya 22 bayi ular kobra Jawa di tempat kerja mereka.
Bayi-bayi ular kobra Jawa itu ditemukan beruntun. Mulanya karyawan selepan beras menemukan 6 ekor bayi kobra di hari Sabtu (18/11/2023).
Mereka kemudian segera melaporkan ke relawan Exalos Indonesia yang biasa menangani ular-ular.
“Itu dari 22 bayi ular kobra Jawa juga masih ada delapan yang belum ketemu. Kami temukan cangkang telurnya ada 22 soalnya,” kata relawan Exalos Indonesia, Raditya Syaiful Fauzi kepada Tribunnews, Selasa (21/11/2023).
Pria yang akrab disapa Bolank itu menceritakan, enam ekor bayi kobra Jawa tersebut dibunuh oleh karyawan dan tim.
Kemudian, hari ini, Selasa (21/11/2023), ditemukan lagi dua ekor bayi kobra Jawa.
“Ada sekitar lima orang yang menyisir ularnya, bongkar-bongkar karung. Posisi ditemukan di tumpukan karung bekas yang ada di selepan itu,” terangnya.
Ia memerinci, sejauh ini sudah ditemukan 14 ekor bayi ular kobra Jawa. Ada sembilan ekor dibunuh. Sementara, lima lainnya diselamatkan beserta satu induk ular.
“Yang induknya itu ukurannya sekitar 1,6 meter atau 160 cm. Itu sudah masuk kategori besar karena indukan dewasa itu bisa sampai 2 meter panjangnya,” tutur Bolank.
Bolank mengungkap, untuk anakan ular kobra Jawa memiliki warna hitam dan motif kuning di bagian leher. Bisa mereka cukup tinggi sehingga membahayakan manusia yang mengganggunya.
Untuk itu, tim Exalos Indonesia yang berada di Klaten juga memberikan edukasi kepada karyawan selepan setempat agar tidak gegabah ketika melihat ular kobra Jawa yang masih belum ketemu.
“Insya Allah aman. Karyawannya sudah kami bekali cara penanganan ular yang benar,” jelasnya.
Dia mengatakan, siapapun yang terkena bisa berbahaya ular kobra, harus segera mengurangi pergerakan atau imobilisasi.
Hal itu karena bisa ular sebenarnya mengalir melalui kelenjar getah bening yang merespons gerakan, bukan mengalir pada darah.
“Kalau yang bayi ini akan kami lepas liarkan di alam yang jauh dari pemukiman. Untuk menjaga ekosistem, tapi kalau ular besar dan berbisa, biasanya kami lepas liarkan di hutan lindung Paliyan, Gunungkidul. Kami koordinasi dengan BKSDA setempat,” tutupnya.