KLATEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Burung Hantu tak hanya merupakan judul lagu anak-anak yang sempat populer di tahun 1970-an. Ternyata, burung bermata bulat dan besar ini, memiliki fungsi untuk membantu manusia, salah satunya membasmi hama tikus.
Sebagaimana diketahui, sampai saat ini, tikus masih menjadi salah satu hama yang ditakuti petani, termasuk petani di Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah.
Bahkan penduduk di wilayah tersebut yang mayoritas merupakan petani, merasa dirugikan dengan serangan hama tikus.
Untuk itulah, berbagai upaya dilakukan oleh para petani untuk membasmi hama tikus.
Data tahun 2017 menunjukkan, dari total luas sawah di Polanharjo 1.823 hektare, sebanyak 96 hektare di antaranya mengalami serangan hama tikus.
Kerusakan pada lahan tersebut, sebagian besar disebabkan oleh tikus-tikus sawah, yang menempati urutan tertinggi dibanding organisme pengganggu tanaman yang lain.
Sementara itu, pengendalian menggunakan racun tikus dan belerang bagi para petani memerlukan biaya dan penanganan khusus.
Di luar biaya yang tinggi, membasmi tikus dengan racun mengundang potensi pencemaran lingkungan.
Di tengah persilangan itulah, pengendalian hama tikus menggunakan predator alami menjadi salah satu solusi yang patut untuk dikembangkan.
Hal itu, selain biayanya yang murah, juga tidak memerlukan perawatan.
Stakeholder Relations Manager Pabrik Danone AQUA Klaten, Rama Zakaria mengatakan, salah satu predator alami yang dikembangkan saat ini adalah burung hantu Serak Jawa (Tyto Alba), di mana seekor Serak Jawa mampu memakan 2 – 5 ekor tikus per harinya.
“Karenanya, di Kabupaten Klaten, ruang terbuka hijau bagi habitat alami Serak Jawa menjadi ‘PR’ tersendiri karena adanya keterbatasan ruang. Dan berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Tim Peneliti, di Taman Kehati AQUA Klaten ditemukan adanya potensi baru untuk pengembangan bagi habitat alami Serak Jawa,” ujarnya, Rabu (13/12/2023), sebagaimana dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.
Untuk diketahui, Serak Jawa merupakan spesies burung yang memiliki ukuran besar, sekitar 34 cm. Habitatnya secara umum dapat ditemukan di area dataran rendah.
Biasanya burung ini berada di wilayah yang memiliki kerapatan pepohonan seperti di tepi hutan, perkebunan, persawahan, pekarangan, hingga bangunan-bangunan besar dan taman-taman di kota besar.
Burung-burung ini biasanya bertengger rendah di pohon atau bersembunyi di celah-celah gedung atau bangunan besar.
Potensi reproduksi Serak Jawa lebih tinggi jika dibandingkan dengan raptor lain. Serak Jawa adalah burung dengan perkembangbiakan yang produktif.
Setiap tahun mereka dapat menghasilkan hingga 3 indukan, di mana beberapa mampu menghasilkan hingga 12 anakan. Dengan kondisi yang sesuai dan cocok, mereka dapat berkembang biak sepanjang tahun.
Dinamika populasi tahunan pada Serak Jawa sangat bergantung pada kondisi lingkungan. Serak Jawa merupakan spesies yang sangat sensitif terhadap faktor lingkungan, seperti cuaca buruk dan variasi pasokan makanan.
Serak Jawa mempunyai kemampuan yang baik dalam menangkap mangsanya, mempunyai penglihatan dan pendengaran yang tajam, paruh dan cakar yang kuat, serta kemampuan terbang yang cepat.
Serak Jawa biasanya memangsa hewan-hewan kecil seperti tikus, kodok, kelinci, serangga dan lain-lain.
Pengembangan Serak Jawa di areal persawahan didukung oleh sifatnya yang tidak migratori. Serak Jawa memiliki potensi yang sangat besar untuk mengurangi jumlah hama rodensia dengan pembuatan kotak sarang.
Keberadaan burung hantu ini akan semakin mudah perkembangannya jika tersedia tempat berbiaknya karena jenis ini adalah jenis yang tidak bisa untuk membuat sarang.
Membuat Rubuhan
Keberadaaan rubuhan (Rumah Serak Jawa) di Kabupaten Klaten saat ini ada sebanyak 1.126 buah, di mana beberapa di antaranya merupakan inisiasi rubuha (Rumah Burung Hantu) yang dibangun oleh PT. Tirta Investama- Pabrik Klaten.
Efektivitas Serak Jawa dapat ditingkatkan dengan pembuatan rubuhan sebagai tempat tinggal (sarang) yang ditempatkan di dekat atau sekitar lahan.
Penerapan rubuhan tersebut bertujuan untuk dijadikan sebagai tempat transit Serak Jawa liar. Teknologi pemanfaatannya sangat mudah diterapkan. Pemasangan rubuhan diatur agar memudahkan Serak Jawa mengamati dan memakan mangsa.
Pada saat keluar dari sarang, Serak Jawa tidak langsung terbang, namun hinggap dulu di atas pohon atau di depan atau atap rubuha untuk mengamati mangsa dan menentukan arah terbang.
Penempatan rubuha yang ideal minimal satu unit setiap 10 hektare lahan. Teknik pengendalian dengan menggunakan predator alami Serak Jawa dalam jangka panjang akan menunjukkan efisiensinya, karena Serak Jawa akan berkembang biak dan mengurangi biaya pengendalian.
Dengan adanya rubuhan, diharapkan Serak Jawa dapat bertempat tinggal dan berkembang biak sehingga mengurangi hama tikus di area persawahan di Kecamatan Polanharjo. Rubuhan dibuat dengan menggunakan bahan dari kayu dan dibentuk menyerupai bentuk rumah.
Rubuhan ini nantinya akan dipasang di sawah-sawah petani, Taman Kehati dan area sub DAS Sungai Pusur dengan harapan agar Serak Jawa dari alam dapat menempati dan berkembangbiak.
Peningkatan jumlah rubuhan di Kabupaten Klaten juga mengindikasikan keseriusan para pihak, baik dari petani, pemerintah daerah, dan lainnya untuk dapat mengendalikan serangan tikus sawah dengan metode menghadirkan dan memainkan peranan alam yaitu dengan Serak Jawa.
Demikian pula, AQUA Klaten juga mendorong terbentuknya Perdes yang disepakati bersama beberapa desa, yang intinya mengatur tentang larangan memburu Burung Hantu.
Pemahaman Masyarakat tentang pentingnya keberadaan Burung hantu sebagai predator alami sekaligus memberantas hama tikus menjadi penting.
Masyarakat juga menjadi motor untuk menjaga keberadaan Burung hantu tidak hanya dari warga sendiri, tetapi juga pemburu yang berpotensi datang dari luar daerah juga.
“Pemanfaatan burung hantu Serak Jawa dapat menjadi kebijakan prioritas pengendalian tikus karena termasuk teknologi pengendalian ramah lingkungan dan memiliki dampak jangka panjang,” pungkas Rama. Suhamdani