BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Seiring datangnya musim penghujan, masyarakat Boyolali diminta mewaspadai potensi bencana. Baik hujan angin, banjir hingga tanah longsor.
Menurut Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Boyolali, Suratno, ancaman bencana alam mulai terjadi sejak akhir 2023 sampai awal Januari ini. Dia meminta masyarakat untuk memitigasi sejak dini. Antisipasi banjir misalnya, bisa dilakukan dengan membersihkan drainase atau saluran air.
Pihaknya juga sudha menggandeng Pemdes Sawahan, Kecamatan Ngemplak dalam kegiatan normalisasi Kali Grenjeng. Kawasan tersebut rawan banjir karena aliran Kali Grenjeng tidak lancar. Pasalnya, di tengah aliran kali terdapat rumpun bambu.
Saat hujan, aliran air pun membesar dan menggerus dan mengabrasi tanah warga. “Lalu kami kerjasama, kami sediakan alat ekskavator besar dan operatornya. Normalisasi berlangsung lima hari selesai pada akhir tahun lalu,” katanya, Senin (8/1/2024).
Kondisi rawan banjir juga mengancam wilayah Kecamatan Kemusu, karena disana ada pertemuan Sungai Braholo dan Sungai Serang. Sehingga ada potensi limpasan air yang bisa memicu banjir kawasan tersebut.
“Kami sudah ada tim siaga desa. Lalu ada juga 23 desa tangguh bencana di Boyolali. Kami harap desa-desa itu dapat meningkatkan ketahanan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana.”
Terkait ancaman longsor, BPBD Boyolali telah memasang tiga alat early warning system (EWS) tahun lalu di Kecamatan Wonosegoro dan Kemusu. Alat itu akan memberikan warning ketika terjadi tanah gerak dan potensi longsor.
Selain dua wilayah itu, potensi tanah longsor juga mengintai Kecamatan Karanggede, Cepogo, Selo, Gladagsari dan sebagian Musuk. Masyarakat pun diminta meningkatkan kewaspadaan saat terjadi hujan deras yang berpotensi terjadi longsor.
“Bencana hidrometereologi ini bisa sampai Februari mendatang. Untuk itu, masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan guna meminimalaskan dampak kerugian,” katanya. Waskita