Beranda Daerah Boyolali Leptospirosis Telan 1 Korban Jiwa di Boyolali, Ini yang Dilakukan Dinas Kesehatan

Leptospirosis Telan 1 Korban Jiwa di Boyolali, Ini yang Dilakukan Dinas Kesehatan

Petugas tengah melakukan Penyelidikan Epidemologi (PE) kepada keluarga korban leptospirosis | istimewa

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM Tak hanya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) saja yang mendapat perhatian Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali.

Jajaran tersebut kini juga memberikan perhatian terhadap kemunculan penyakit leptospirosis. Apalagi, satu orang yang dinyatakan positif, akhirnya meninggal karena penyakit tersebut.

Korban adalah KS, warga Desa Njeron, Kecamatan Nogosari. Bahkan, Dinkes juga telah merampungkan penyelidikan epidemiologi (PE) terhadap kasus tersebut. KS menjadi korban pertama keganasan penyakit zoonosis ini.

Dia dinyatakan meninggal dunia pada Kamis (21/3/2024) dini hari. Hasil PE, diketahui gejala yang muncul sudah dirasakan pasien sejak 11 hari sebelumnya. Bahkan, pasien telah berganti-ganti dokter.

“Pasien mengalami demam, pusing dan diare mulai 10 Maret. Kemudian dibelikan obat apotek. Korban sempat sembuh dan beraktifitas kembali ke sawah. Tertularnya mungkin di sawah,” kata Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti, Senin (25/3/2024).

Namun, gejala kembali dirasakan KS pada 15 Maret. Pasien merasakan sakit lagi. KS mengeluhkan seluruh badannya sakit dan paling parah pada bagian pinggan. Hanya saja, KS baru memeriksakan diri emapt hari setelahnya, yakni pada 19 Maret.

“KS sempat dibawa ke Puskesmas Gondangrejo, Kabupaten Karangannyar. Karena ruangan penuh, pasien disuruh kembali besuk paginya.”

Namun, esoknya, kondisi KS kian memburuk. Keluarga lantas memanggil dokter dari Klinik Haidar. Saat itu, tensi darah KS terus merosot hingga 80/60. Tak ingin ambil risiko, sang dokter menyarankan agar KS segera dirujuk ke rumah sakit.

“Pasien langsung dibawa ke RS Fatmawati Surakarta. Namun, pada 21 Maret pukul 02.11, pasien mengalami henti jantung serta nafas dan dinyatakan meninggal dunia. Memang gejalanya dan hasil laborat, KS meninggal karena leptospirosis.”

Diungkapkan, jumlah kasus leptospirosis hingga pertengahan Maret ada dua kasus dengan satu kematian. Sedangkan pada tahun lalu, angka leptospirosis cukup tinggi. Yakni ada 15 kasus leptospirosis dengan empat kematian.

“Sebelumnya atau 2022, kasus leptospirosis ada 17 kasus 1dengan tiga kematian.”

Pihaknya pun meminta masyarakat lebih waspada. Gejala leptospirosis bisa diketahui ketika muncul panas tinggi, nyeri kepala, nyeri perut, nyeri otot dan lainnya. Namun, ada gejala khusus berupa nyeri otot bagian betis.

“Untuk itu, budayakan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) dan Germas. Jaga imunitas diri dengan makanan yang bergizi. Cepat periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) bila ada keluhan atau gejala. Sampaikan secara jujur keluhan sebenarnya, jangan ada yang ditutupi.” Waskita

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.