BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Tim Disnakan Boyolali melakukan pengecekan kualitas air Waduk Cengklik di Kecamatan Ngemplak, Rabu (13/3/2024). Pengecekan dimaksudkan untuk mengetahui kadar oksigen dan tingkat keasaman paska terjadinya upwelling.
Pengecekan tersebut dilakukan karamba jaring apung (KJA) milik petani dari Kelompok Tirto Panguripan. Pengecekan utamanya untuk mengetahui kadar oksigen dan tingkat keasaman air. Hasilnya, kondisi air sudah mulai membaik.
Menurut Analis Akuakuktur Ahli Muda, Disnakan Boyolali, Deviet Nurmaryani, upwelling disebabkan cuaca ekstrim hujan terus- menerus dan tidak ada sinar matahari. Sehingga terjadi pergerakan massa air di bawah naik ke atas.
“Massa air yang naik ke atas membawa racun seperti amoniak serta hidrogen sulfida (H2S). Sehingga ikan- ikan mati keracunan,” katanya disela pengecekan.
Dijelaskan, ada beberapa parameter dalam pemantauan tersebut. Yaitu Dissolved Oxygen (DO) atau tingkat oksigen dalam perairan. Hasil pemeriksaan, kadar oksigen sudah mulai membaik, sekitar 5 miligram per liter.
Sedangkan pH atau derajat keasaman air sekitar 4,6. Menurutnya, pH air waduk masih sedikit asam, namun, sudah mulai menbaik dibanding saat fenomena upwelling. Sedangkan suhu air 29 derajat celcius.
“Itu, ikan- ikan yang ada mulai bergerak aktif,” katanya.
Lebih lanjut, Deviet menerangkan kualitas air yang layak di perairan. Untuk DO lebih dari 5 miligram per liter. Sedangkan pH berkisar 6-7. Sedangkan suhu air relatif berkisar 27-29 derajat Celcius.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani KJA Tirto Panguripan Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Supriyanto mengaku para petani hanya bisa pasrah. Karena petani belum menemukan solusi yang tepat.
Selama ini kalau musim hujan, petani melakukan antisipasi dengan mengurangai pemberian pakan. Bahkan sampai satu hari, ikan- ikan tidak diberi pakan. Bahkan petani juga sudah berinisiatif menaikan jaring KJA.
“Agar ikan tidak berenang terlalu dalam ke air. Sehingga bisa mengurangi dampak upwelling,” katanya.
Terkait kerugian yang diderita kelompoknya, total ada 10- 12 ton dengan nilai kerugian Rp 360 juta. Seluruh ikan siap panen mati.
Sedangkan yang tersisa hanya ikan-ikan yang kecil. “Baru kali ini upwelling berdampak total. Biasanya hanya pada blok- blok saja,” katanya.
Terkait upaya antisipasi ke depannya, pihaknya berharap ada solusi dari Disnakan. “Karena petani belum menemukan solusi yang tepat. Di sisi lain, saran untuk menggeser keramba juga sulit. Lantaran petani berfokus untuk menyelamatkan ikan masing-masing,” katanya. Waskita