![0403 - maksi](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2024/03/0403-maksi.jpg?resize=640%2C360&ssl=1)
JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pemenang Pilpres 2024 belum lagi ditentukan, namun program Makan Siang Gratis (MSG) milik pasangan calon (Paslon) nomor urut 2 Prabowo-Gibran sudah menuai polemik.
Apalagi ketika sejumlah menteri kabinet Jokowi justru mulai ikut cawe-cawe dengan mengusulkan program MSG menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), reaksi kontra pun bermunculan dari berbagai kalangan.
Di satu sisi, Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN) menilai penggunaan dana BOS untuk pembiayaan makan siang gratis akan menimbulkan masalah besar dalam dunia pendidikan.
“Jika itu dilakukan, akan memancing atau memaksa sekolah-sekolah untuk menarik biaya dari orang tua untuk membiayai fasilitas-fasilitas sekolah,” kata Juru Bicara Timnas AMIN Muhammad Ramli Rahim kepada Tempo Senin (4/3/2024).
Senada dengan itu, Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Chico Hakim mengatakan, jika dilihat dari porsi anggaran saat ini, program makan siang dan susu gratis pasti akan mengorbankan anggaran lain yang prioritas.
Menurutnya, program tersebut tidak akan bisa dianggarkan tanpa mengorbankan anggaran prioritas lainnya.
“Karena postur APBN kita tidak sedang baik-baik saja, sedang menuju ke defisit, kita ketahui juga utang luar negeri kita begitu tinggi hingga Rp 8 ribuan triliun dan bunganya saja mencapai hampir Rp 500 triliun per tahunnya,” tutur Chico.
Sebagaimana diketahui, sebelumnya Menko Perekonomian Airlangga Hatarto (kabinet Jokowi) mengatakan, anggaran untuk makan siang gratis bagi 70 juta siswa yang akan menyedot Rp 185 triliun setahun, akan disalurkan melalui Dana Bos Afirmatif.
Pernyataan itu tentu saja memicu kekhawatiran akan berkurangnya jatah dana BOS untuk sekolah.
Menurut mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Guru Indonesia tahun 2016 sampai 2021, M Ramli Rahan, pengambilan dana BOS untuk makan siang gratis bukan hanya membuat masyarakat menjadi semakin tidak cerdas. Akan tetapi, bisa juga membuat masyarakat jadi “lapar”.
“Sehingga, menarik dana BOS itu (adalah) masalah besar buat dunia pendidikan kita,” ujarnya.