Beranda Umum Nasional Tak Ingin Partai Ka’bah Hilang Karena Operasi Politik Jokowi, Ini yang Dilakukan...

Tak Ingin Partai Ka’bah Hilang Karena Operasi Politik Jokowi, Ini yang Dilakukan PDIP

Sekjend PDIP Hasto Kristiyanto / tribunnews

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – PDI Perjuangan (PDIP) meyakini ada operasi politik untuk mengurangi suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) atau partai Ka’bah  agar tak lolos parlemantary treshold.

Karena itu, sebagai mitra koalisi, PDIP bertekad untuk memberikan dukungan penuh kepada partai berlambang Ka’bah tersebut.

“Kami sangat khawatir terhadap PPP,” kata Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto dalam konferensi pers di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Senin (25/3/204).

Hasto menyampaikan dirinya bertemu dengan politisi PPP Achmad Baidowi pada Sabtu pagi yang lalu.

Hasto mengatakan, komitmen PDIP yang sejak awal membantu PPP hingga saat ini.

“Sejak perhitungan suara yang pertama, kami mengajak PPP untuk bersama-sama di pusat data PDIP. Bahkan pada 2019, pemilu lalu, kami diperintahkan oleh Bu Mega yang memegang amanat Mbah Maimoen untuk membantu PPP, karena sejarahnya. PDIP tidak ingin sejarah partai Ka’bah ini dihilangkan dari sejarah republik ini,” papar Hasto.

Baca Juga :  Di Kasus Ronal Tannur, Zarof Ricar Bungkam Ketua PN Surabaya dengan Duit Rp 75 Juta, Bilangnya dari Ibu Tiri

Hasto menegaskan persoalan yang dihadapi PPP ialah karena berbagai operasi-operasi politik.

Politisi asal Yogyakarta ini menyampaikan seluruh pendukung Ganjar-Mahfud, ada upaya untuk mengecilkan suara partainya, yakni PPP, Perindo, Hanura bahkan PDIP.

“Kami memberikan solidaritas tertinggi. Karena kami tidak ingin menghilangkan partai Ka’bah. Tetapi mungkin Pak Jokowi nanti akan tercatat sebagai seorang presiden yang memiliki legacy menghilangkan partai Ka’bah dalam sejarah republik ini. Padahal partai Ka’bah memiliki peran yang sangat penting jauh sebelum kemerdekaan ini,” ucap Hasto.

“Ini operasi politik yang luar biasa, yang tidak diterima lagi oleh norma dan etika. Karena ketika ambisi kekuasaan mampu mengalahkan etika, moral, dan menghilangkan supremasi hukum yang ada adalah sisi-sisi gelap kekuasan. Dan ini adalah masa buram bagi arah masa depan Indonesia,” jelasnya.

Hasto menilai hal itu harus dilawan, karena apabila tidak, maka tidak ada gunanya lagi pendidikan budi pekerti di tanah air ini.

Baca Juga :  Efisiensi Anggaran Ditunda, Ekonom Ingatkan Risiko pada Kinerja Kementerian

Menurutnya, anak-anak juga harus memiliki pendidikan betapa pentingnya mengikuti proses.

“Semuanya akan bisa tergerak untuk meneladani hal-hal yang tidak baik yang justru dilakukan oleh ambisi kekuasaan dari seorang presiden, yang 23 tahun bersama dengan kami. Ini harus menjadi persoalan berharga bagi seluruh rakyat dan bangsa Indonesia,” tegas Hasto.

www.tribunnews.com