SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Belakangan ini ramai terkait kabar mundurnya investor besar yang hendak membangun pabrik sepatu terbesar di Indonesia di wilayah Desa Bonagung, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah.
Mundurnya investor pabrik sepatu itu gara-gara sulitnya pembebasan lahan milik warga desa tersebut, berdasarkan informasi yang dihimpun total pembebasan lahan sudah mencapai 85 persen lebih, namun sisanya pemilik lahan masih kolot tidak mau melepas lahan tersebut gara-gara terpengaruh oleh segelintir orang yang dengan alasan dirinya ingin menjaga tanah leluhur.
Sulitnya dukungan warga untuk membangun puluhan ribu lowongan pekerjaan di Sragen itu juga mendapat reaksi Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati. Dia berharap investor tetap mempertahankan niat untuk berinvestasi di kabupaten Sragen, sejauh ini dukungan infrastruktur dan perijian sudah dikerahkan dari pemerintah Kabupaten Sragen.
Bupati Yuni menyesalkan jika investasi dan puluhan ribu lowongan pekerjaan benar-benar gagal juga akan sulit mengentaskan Sragen dari zona kemiskinan dan kalah dengan kabupaten tetangga. Dia heran, masyarakat sekitar yang menolak tidak memahami pentingnya investasi. Padahal dampak positif yang ditimbulkan sangat luas dari sisi ekonomi.
“Iya kalau dari segi pemerintah sudah memberikan proses ijin yang luar biasa. Ijin cepat, permintaan investor memperlebar jembatan juga sudah kita lakukan. Jalan sudah kita lakukan,” kata bupati Yuni.
Yuni menilai kondisi menjadi sulit akibat ulah segelintir orang saja. Ada orang yang tidak bertanggungjawab mencoba mengais keuntungan dibalik rencana investasi. Dia menilai semestinya kejadian ini menjadi pembelajaran pemerintah pusat. Agar situasi serupa tidak sampai terjadi di daerah lain di luar Tanon.
Namun dia menegaskan dari Pemerintah Kabupaten Sragen berupaya kembali merangkul PT. TKG Taekwang. Pihaknya berharap dinas terkait bisa membujuk agar mengurungkan niatnya melepas investasi di Sragen.
“Iyakan mereka kan juga sudah punya aset sedemikan besar, nanti juga mau diapakan. Semoga setelah kesulitan ini ada kemudahan,” bebernya.
Bupati sudah memberikan banyak fasilitas yang mendukung investasi tersebut. Tetapi ada hambatan ini, lantas memilih hengkang juga bukan tentu mengecewakan.
“Saya sampaikan ke DPMPTSP, kalau ijin masuk ketemu muka, kalau pamit semestinya juga ketemu muka. Makanya saya minta fasilitasi, kalau belum sama saya, bisa ajak Sekda untuk ketemu,” kata Yuni.
Semetara Anggota DPRD Sragen dari Dapil Tanon, Sumberlawang, Miri, Endro Supriyadi menyoroti situasi investasi di Tanon. Dia berharap tidak ada yang menghambat investasi di lokasi tersebut. Lantaran ada informasi makelar dan calo mencoba memancing di air keruh situasi tersebut.
“Dinas terkait semestinya bisa mencegah kemungkinan ada makelar yang bermain dalam situasi seperti ini,” ujar Endro.
Sementara itu Yanuar Muchriady selaku direktur utama PT. TKG Indonesia dan investor yang akan membangun pabrik sepatu di Sragen menyampaikan bahwa keputusan itu harus diambil karena sulitnya pembebasan lahan di Sragen dikarenakan oleh segelintir orang.
“Saya salut sama bupati Sragen yang begitu hebat berjuang untuk Sragen ada investasi internasional berdiri membuka lowongan pekerjaan, mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan. Tetapi kembali lagi warganya tidak mau ada investor masuk dengan alasan mempertahankan tanah leluhur yang harus dijaga,” ujarnya.
Huri Yanto