
SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Fakultas Psikologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menyelenggarakan seminar bertajuk ”Tips Komunikasi Lintas Budaya Antarmahasiswa”, pada Jumat (31/5/2024).
Seminar yang merupakan kolaborasi dengan Komunitas Mahasiswa/i Papua Solo Raya (KOMPAS) itu berlangsung di aula gedung Sekretariat Bersama (Sekber) Kota Surakarta.
Tampil sebagai narasumber dalam presentasi dan diskusi tersebut, Nugraha Arif Karyanta, S.Psi., M.Psi., seorang psikolog dari Fakultas Psikologi UNS Surakarta dan Friandry Windisany Thoomaszen, S.Psi., M.Psi., seorang psikolog dari Institut Agama Kristen Negeri Kupang.

Narasumber sedang memaparkan materi dalam seminar ”Tips Komunikasi Lintas Budaya Antarmahasiswa” | Foto: Istimewa
Seminar tersebut mencoba untuk mengangkat sejumlah topik, antara lain seputar stres akulturatif dan berbagai pengalaman diskriminasi yang dialami mahasiswa dari timur, serta tips beradaptasi di daerah perantauan.
Selain itu, perserta juga berpartisipasi dalam survei penelitian tentang pengalaman mahasiswa Indonesia bagian tengah dan timur yang sedang menjalani studi di Pulau Jawa. Survei penelitian ini digawangi oleh psikolog, Andrian Liem, Ph.D.
Tak kurang dari 80 mahasiswa dari Indonesia bagian timur yang sedang kuliah di wilayah Solo Raya ini hadir dalam acara tersebut. Melalui acara tersebut, diharapkan mereka memperoleh wawasan, inspirasi dan kesempatan kolaborasi untuk mengembangkan solusi dari permasalahan sosial yang berhubungan dengan diskriminasi yang dialami masyarakat Indonesia timur.
”Peserta tampak antusias mendengarkan materi yang disampai dan turut aktif dalam sesi tanya-jawab,” papar Stefanie Nurhafizah Widodo perwakilan panitia acara seperti dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.
Beberapa pertanyaan yang muncul dalam sesi tanya jawaba tersebut antara lain ”Bagaimana membangun pertemanan dengan kawan yang berbeda daerah?”, ”Apa yang semestinya dilakukan oleh institusi pendidikan tinggi untuk meminimalisir adanya diskriminasi di kampus?”
Menjawab pertanyaan itu, Friandry Windisany Thoomaszen mencoba mengurai persoalan tersebut dan memberikan contoh-contoh tips yang pernah ia lakukan semasa kuliah S1 dan S2 di Solo dulu.
Friandry berharap kegiatan tersebut dapat membuat mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah seperti Sumba, Manokwari dan Merauke dapat lebih memahami dampak dari diskriminasi terhadap kesehatan mental mereka.
”Apa yang pernah kami alami dulu semasa di perantauan, semoga bisa menjadi bekal bagi para peserta agar dapat menempuh studinya di Pulau Jawa dengan lebih lancar,” ujarnya.
Acara yang berlangsung selama tiga jam ini kemudian ditutup dengan sesi foto bersama. Untuk diketahui, acara tersebut diorganisir oleh Stefanie Nurhafizah Widodo, Rizka Utami Alhadawi, Kamilia Mufidah, Samuel Beniah Ivander, Steven Komala Sutta dan Priska Lefta Waroy sebagai perwakilan dari Fakultas Psikologi UNS. [Redaksi]
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.













