SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Tidak semua mengetahui istilah narcissistic personality disorder (NPD) atau lebib dikenal dengan gangguan kepribadian narsistik. Ternyata, tidak mudah menghadapi orang dengan NPD.
Apalagi jika NPD tersebut dialami orang terdekat atau pasangan hidup kita. Namun bagi Kartika Soeminar, bangkit dari keterpurukan setelah 23 tahun bersama suami pengidap NPD bukanlah tidak mugkin.
Dengan kekuatan dan dukungan dari keluarga dan lingkungan, Kartika memutuskan untuk bangkit dan bahagia. Kini, ia aktif mengedukasi khususnya pada para perempuan terkait NPD.
Melalui kampanye #BrokenButUnbroken bersama Komunitas Emak Blogger (KEB) oleh Kartika Soeminar, Minggu (28/7/2024), di Aston Hotel Solo, ia membagikan pengalamannya hidup selama 23 tahun bersama pasangan yang merupakan pengidap NPD.
“Saya mengalihkan perasaan sedih ke hal-hal yang positif. Sembilan tahun lalu ingin hidup sehat sehingga sejak itu saya makin aktif olahraga. Jadi cepat melupakan sakit hati yang selama ini saya rasakan,” tuturnya yang telah memutuskan berpisah dari pasangannya.
Kartika mengajak perempuan yang memiliki nasib sama seperti dirinya untuk mencari lingkungan pertemanan yang positif. Ia juga mengajak untuk selalu berpikiran positif dan tidak menyalahkan keadaan.
“Kita berhak bahagia, berhak dihormati, berhak dihargai Jangan ambil keputusan gegabah. Meninggalkan NPD dampaknya besar sehingga memerlukan mental kuat. Selalu berpikir positif, dekatkan diri dengan teman-teman positif. Jangan menyalahkan takdir,” ucapnya.
Sementara itu, Psikolog dari Rumah Sakit Santa Elizabeth Semarang Probowatie Tjondroegoro mengungkapkan, menciptakan batasan menjadi salah satu cara untuk menghadapi orang dengan NPD.
“Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah menerapkan batasan, dengan memperkuat diri sendiri untuk tidak terlalu memperhatikan perlakuan pengidap NPD. Mengurangi interaksi dan komunikasi terhadap mereka merupakan cara efektif untuk menjaga kesehatan mental kita,” bebernya.
Menurut Probo, pengidap NPD seringkali memuji dirinya secara berlebihan dan cenderung krisis empati terhadap lingkungan sekitar. Menurut dia, ini terjadi disebabkan karena pola asuh di masa kecil yang terlalu sering mendapat pujian.
“Orang NPD cenderung tidak sadar kalau dirinya memiliki ciri-ciri itu. Gejala obsesi kompulsif sangat melekat pada NPD, di antaranya manipulatif dan butuh dikagumi. Hal ini bisa terjadi karena lingkungan masa kecil yang selalu mendapat pujian, sehingga seseorang merasa ia tidak pernah salah dan dengan berbagai cara harus selalu dikagumi,” imbuhnya. Prihatsari