JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Usai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) yang mengkritik kebijakan pemerintah mendatangkan dokter asing, sejumlah dokter di Medan dikabarkan memprotes kehadiran tim medis Arab Saudi di Rumah Sakit Adam Malik, Medan, Sumatera Utara.
Mengenai hal itu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, mengatakan, kehadiran tim medis dari Arab Saudi tersebut untuk menyelamatkan nyawa manusia, bukan untuk mengambil lahan para dokter di Indonesia ke depannya.
Mohammad Syahril mengatakan, sebanyak 27 tenaga medis dari Arab Saudi yang dihadirkan oleh Kemenkes di RS Adam Malik mengemban misi untuk melakukan operasi jantung kompleks terhadap 30 anak warga Sumatera Utara secara gratis.
“Kehadiran tim medis Arab Saudi ini untuk menyelamatkan nyawa manusia,” kata Syahril terkait dengan kabar gelombang protes anti-dokter asing itu di Jakarta, Kamis (4/7/2024).
Kehadiran dokter asing asal Saudi di rumah sakit tersebut dalam rangka melakukan tindakan operasi jantung untuk anak, yang kali pertama dilakukan di Pulau Sumatera pada 25 Juni sampai 30 Juni 2024, kata Syahril.
Syahril yang juga menjabat sebagai Direktur Utama RS Fatmawati Jakarta mengatakan, selama ini anak yang mengalami gangguan jantung kompleks dari berbagai daerah selalu dirujuk ke Jakarta, sehingga memberatkan keluarga secara finansial.
“Ini dikarenakan memang dokter spesialisnya tidak tersedia di sana,” katanya.
Kemenkes menyesalkan terjadinya gelombang penolakan dokter terhadap program dokter asing di Indonesia yang sebelumnya telah mendapatkan publikasi luas, salah satunya di Arab Saudi.
“Kami menyesalkan beberapa rekan sejawat, terutama di kota besar di Jawa, yang memprotes kehadiran tim dokter dari Arab Saudi tersebut,” katanya.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan mengatur persyaratan dan batasan bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan warga negara asing (WNA) yang ingin berpraktik di Indonesia.
Penjelasan Menkes Budi Gunadi
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan tujuan dokter asing didatangkan ke Indonesia bukan untuk menyaingi dokter lokal.
“Bukan masalah saing-saingan, ini masalah menyelamatkan nyawa 300.000 orang Indonesia yang kena stroke, 250.000 yang kena serangan jantung, 6.000 bayi yang kemungkinan besar meninggal tiap tahun,” kata Budi ketika ditemui usai rapat bersama Komisi IX DPR di Jakarta, Rabu (3/7/2024).
Dia menjelaskan bahwa hampir 80 tahun merdeka, Indonesia masih kekurangan tenaga spesialis, dan yang paling banyak kosong adalah dokter gigi. Selain itu, ujarnya, distribusi juga kurang, seperti 65 persen puskesmas di Daerah Terpencil Perbatasan Kepulauan (DTPK) yang mengalami kekosongan 9 jenis tenaga kesehatan.
Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa pihaknya mendatangkan dokter dari luar negeri, seperti yang dilakukan dalam kerja sama RSUP Adam Malik dan Arab Saudi, untuk memberikan operasi bagi anak-anak Medan yang mempunyai penyakit jantung bawaan.
Budi menilai upaya itu juga dapat mengakselerasi transfer ilmu bedah toraks kardiovaskular bagi dokter lokal.
Sebelumnya, Budi mengatakan bahwa misi utama pemerintah mendatangkan dokter asing adalah untuk menyelamatkan sekitar 12.000 nyawa bayi per tahun yang berisiko meninggal akibat kelainan jantung bawaan.
Ia mengatakan, kemampuan dokter di Indonesia untuk melakukan operasi jantung baru berkisar 6 ribu pasien per tahun, sementara penanganan kelainan jantung bawaan memerlukan tindakan operasi yang cepat.
Budi yakin dokter Indonesia mampu mengatasi operasi jantung, namun dengan laju kasus mencapai 6.000 pasien per tahun, kuota dokter yang dimiliki Indonesia belumlah cukup.
Pemecatan Dekan FK Unair
Aksi protes tersebut mencuat beberapa saat usai peristiwa pemecatan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, Prof Budi Santoso, pada Rabu (3/7/2024), karena bersuara lantang menolak kehadiran dokter asing.
Prof Budi dalam pernyataannya mengaitkan pemecatan yang dia alami dengan sikap pribadinya menolak program pemerintah mendatangkan dokter asing di Indonesia.
“Per hari ini saya diberhentikan sebagai Dekan FK Unair. Saya menerima dengan lapang dada dan ikhlas. Mohon maaf selama saya memimpin FK Unair ada salah dan khilaf, mari terus kita perjuangkan FK Unair tercinta untuk terus maju dan berkembang,” demikian petikan pernyataan Budi Santoso dalam WAG tersebut.
Ia beranggapan, terjadi perbedaan pendapat antara pimpinan Unair dengan dirinya terkait program Kemenkes untuk mendatangkan dokter asing.
“Karena rektor pimpinan saya dan saya ada perbedaan pendapat, dan saya dinyatakan berbeda ya keputusan beliau ya diterima. Tapi, kalau menyuarakan hati nurani, saya pikir kalau semua dokter ditanya, apa rela ada dokter asing? Saya yakin jawabannya tidak,” katanya.
Sebelumnya, Budi Santoso dalam pernyataan pribadinya kepada wartawan di Surabaya, Kamis (27/6/2024), mengatakan tidak setuju dengan program dokter asing di Indonesia.
“Secara pribadi dan institusi, kami dari fakultas kedokteran tidak setuju,” katanya.