GUNUNGKIDUL, JOGLOSEMARNEWS.COM – Para petani di Kabupaten Gunungkidul mulai merasakan dampak kemarau tahun ini. Bagaimana tidak, hingga pertengahan Juli ini, ratusan hektar tanaman padi mengalami kekeringan.
Dampaknya, ratusan hektar lahan pertanian padi terancam puso alias gagal panen. Lahan pertanian padi yang mengalami kekeringan paling parah berada di Kapanewon Semin dan Ngawen.
Di kedua kapanewon tersebut, lahan pertanian padi yang mengalami puso sebanyak 334 hektare. Rinciannya, di Kapanewon Semin ada 242 hektare lahan yang mengalami kekeringan dan di Ngawen ada 92 hektare lahan yang mengalami kekeringan.
Sekretaris DPP Gunungkidul, Raharjo Yuwono mengatakan memasuki musim kemarau ini, pasokan air di wilayah Semin dan Ngawen turun drastis karena sudah tidak ada hujan lagi.
Dampaknya, ratusan hektare lahan pertanian padi di kedua wilayah itu mengalami puso.
“Kekeringan mengakibatkan lahan pertanian puso di Kapanewon Semin mencapai 242 hektar dan di Ngawen 92 hektar,” kata Sekretaris DPP Gunungkidul, Raharjo Yuwono saat dihubungi melalui telepon Kamis (18/7/2024).
Menurut Raharjo, di wilayah Semin, lahan pertanian yang mengalami kekeringan berat seluas 108 hektare dan 70 hektare mengalami kekeringan sedang. Lalu di Kapanewon Ngawen, kekeringan sedang ada 35 hektar, dan kekeringan berat 65 hektar.
Pemerintah menurut Raharjo Yuwono sudah berupaya untuk mengurangi dampak kekeringan itu dengan memaksimalkan peran dari irigasi pertanian.
Kemudian juga mengeluarkan rekomendasi pembelian BBM Solar bersubsidi untuk bahan bakar mesin pompa air tanah ke sejumlah kelompok tani dan perkumpulan pertani pemakai air.
“Kita juga memberikan bantuan pompa air kepada 21 KT, total ada 54 pompa air yang dibagikan,” kata Raharjo.
Sementara itu Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) UPTD BPTP DPP Gunungkidul Nuryadi mengatakan ada 1.939 lahan pertanian padi di Kapanewon Semin.
Tanaman padi yang terselamatkan mencapai 1.697 ha ini berada di dekat Sungai Oya.
“Petani dapat menyalurkan air dari sungai Oya menggunakan pompa,” kata Nuryadi.
Dikatakannya, ada 242 hektar lahan puso, dengan rincian kerugian sekitar Rp 7 juta per hektarnya.
“Tinggal dikalikan saja dengan luas puso. Besar itu kerugiannya,” kata dia. Jika 242 dikali Rp 7 juta, jumlah kerugian ditaksir mencapai Rp 1,6 miliar.
Nuryadi mengatakan, petani yang menanam pada Mei 2024 mengalami gagal tanam.
Diakuinya, DPP telah menyarankan agar petani dapat menanam padi varietas umur pendek seperti N70, Cakrabuana, Padjajaran, pada awal April 2024.
Padi varietas ini dapat panen dalam waktu 70 hari, jauh lebih cepat jika dibandingkan Ciherang yang mencapai 120 hari.
“Petani justru ada yang menanam akhir-akhir ini. Ketika ada hujan dua-tiga hari petani malah menanam. Tanaman memang tumbuh tapi kemudian ditinggal sumber air,” kata dia. #tribunnews