SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Musim kemarau telah datang, sejumlah desa di Sragen setiap tahunnya dihantui dengan bencana kekeringan air bersih. Akan tetapi mulai tahun ini masyarakat yang terdampak kekeringan air bersih bisa lega pasalnya bencana kekeringan tahunan ini mampu sedikit diatasi oleh pemerintah daerah.
Hal itu ditegaskan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dimana dari BPBD menilai kondisi tahun tidak seburuk tahun-tahun sebelumnya. Selain tertolong kondisi alam, juga ada beberapa upaya mengatasi kekeringan yang berjalan cukup baik.
Data BPBD Sragen saat ini berdasarkan data hingga Minggu ini terdapat 5 kecamatan terdampak. Meliputi 11 desa, terbagi dalam 31 dukuh yang mendapat bantuan air bersih. Lantas ada 10.386 jiwa yang mendapatkan manfaat bantuan air bersih.
Lantas kecamatan saat ini yang mengajukan bantuan air bersih antara lain kecamatan Sumberlawang, Miri, Tangen, Jenar, dan Gesi. Jumlah sementara terdapat 2.992 KK yang memerlukan bantuan air bersih.
Pada JOGLOSEMARNEWS.COM Kepala Pelaksana Harian BPBD Sragen Triyono Putro menyampaikan terkait penanganan kebencanaan kekeringan, dari BPBD sejak awal Mei sudah antisipasi dan mengeluarkan edaran untuk diteruskan ke masyarakat.
“Iya untuk saat ini penanganan dampak kemarau memang sejak awal mei 2024 kami sudah membuat edaran ke seluruh kecamatan se kabupaten Sragen kalau terjadi kekeringan bisa di sosialisasikan ke titik titik rawan kekeringan untuk bisa kita monitor dan kita asesmen penanganan kekeringan air bersih,” Triyono Selasa (20/8/2024).
Salah satunya persiapan menghadapi kekeringan yakni ketersediaan tandon air. Masyarakat yang membutuhkan air bersih segera bersurat ke BPBD. Lantas hingga hari ini sudah terlaksana 186 tangki yang didistribusikan.
“Mudah mudahan tidak meluas, anggaran kami untuk 500 tangki air,” jelasnya.
Pihaknya menekankan siap jika ada yang bersurat untuk minta bantuan air bersih. Petugas segera kroscek kondisi ke lokasi sebelum dilakukan pengiriman air.
“Iya jadi ketika warga mengajukan permohonan kemudian kita kroscek seperti apa. SOP kami permohonan melalui Lurah atau Camat dan tidak langsung kirim, harus ada assessment berapa jiwa berapa KK yang terdampak, dan masih ada Sumber ndak, kadang saat di kroscek masih ada sumber cuma debitnya kecil,” terangnya.
BPBD mengakui kekeringan saat ini tidak separah 2023. Karena tahun lalu sampai ada 9 kecamatan yang mengajukan air bersih. Lantas saat ini ada 5 kecamatan yang mengajukan. Selain itu persebaran tidak separah sebelumnya.
Selain itu program pemerintah juga cukup efektif. Pada 2023, upaya mengatasi kekeringan Kabupaten Sragen dengan menggandeng CSR untuk membuat sumur di kawasan yang kesulitan air. Langkah tersebut untuk mengurangi droping air.
Hasil evaluasi, terdapat Total pembangunan 31 sumur untuk wilayah rawan kekeringan. Setelah setahun berjalan, kondisi sumur sebagian besar masih bisa dimanfaatkan.
“Ada beberapa sumur yang sudah tidak mengalir karena kondisi di titik tersebut kedalaman kurang atau seperti apa, evaluasi kami ada 22 sumur yang masih bisa dimanfaatkan tapi itu sudah bisa mencukupi daerah yang sulit air,” ujarnya.
Huri Yanto