![0208 - ngalap berkah](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2024/08/0208-ngalap-berkah.jpeg?resize=640%2C360&ssl=1)
BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ritual buka luwur digelar di Makam Pantaran, Desa Candisari, Kecamatan Gladagsari, Jumat (2/8/2024). Mereka bermaksud ngalap berkah dalam ritual buka luwur makam Syech Maulana Ibrahim Maghribi di lereng Merbabu itu dengan berebut kain mori dan sesaji lainnya.
Sejumlah warga telah datang ke makam yang berada disebelah barat Dukuh Pantaran itu, sejak malam sebelumnya. Bahkan ada pula yang menginap di makam. Mereka melakukan ziarah dan berdoa di makam Syech Maulana Ibrahim Maghribi.
Mereka ngalap berkah, dengan harapan agar keinginannya kesampaian. Usai acara pun masih banyak warga yang berdatangan ke makam. Mereka memanjatkan doa di makam Syech Maulana Ibrahim Maghribi atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Ageng Pantaran.
Para pengunjung tidak hanya berasal dari wilayah Boyolali saja. Tetapi juga banyak yang berasal dari luar Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Salatiga, Magelang bahkan Sumatera dan Kalimantan.
Rangkaian acara pada Jumat terakhir bulan Suro diawali dengan kirab kain lurup makam berikut sesaji lainnya. Warga sekitar datang ke makam dengan membawa tumpeng dan lauk pauknya serta aneka makanan dan buah- buahan.
Ngalap berkah inilah acara yang paling dinanti warga pengunjung. Mereka berebut gunungan, takir sesaji dan potongan kain mori bekas lurup makam Ki Ageng Pantaran. Bahkan janur kuning, tebu wulung yang dipasang dicungkup makam juga diambil.
Makanan yang dibawa oleh warga setempat juga dibagi-bagikan kepada pengunjung hingga habis. Makanan itu sebagian dibawa pulang, sebagian dimakan ditempat. Mereka meyakini, barang-barang yang dibawa dapat memberikan berkah sesuai dengan keinginannya. Seperti keselamatan, kesuksesan dalam berdagang, berkarir.
“Saya rutin datang kesini setiap tahun. Ini datang bersama rombongan untuk ngalap berkah. Sekaligus menyempatkan diri bertemu famili yang masih tinggal di Gladagsari dan sekitarnya,” kata Nurohman (61) yang mengaku datang jauh- jauh dari Lampung.
Pengunjung lainnya, Tatik (45) dari Solo mengaku penasaran melihat ritual tersebut.
“Ini kan momen langka. Yang menarik ya ikut rebutan sayuran. Mungkin sayuran bisa beli di pasar, tapi kalau pas acara ini, rasanya gimana gitu. Pasti berbeda,” ujarnya.
Warga sekitar meyakini, sampai sekarang bahwa di dukuh Pantaran, Desa Candisari itulah, makam Ki Ageng Pantaran. Dia adalah tokoh penyebar agama Islam yang hidup di jaman kerajaan Demak Bintoro. Ki Ageng Pantaran juga mendirikan masjid di tempat itu.
Masjid inilah yang disebut masjid Pantaran yang artinya seusia (sepantaran) dengan pembangunan masjid Demak Bintoro. Wilayah yang kemudian dinamakan Desa Pantaran itu, semula gersang. Tetapi menjadi makmur setelah Ki Ageng menemukan mata air.
Tokoh masyarakat, Jarwanto mengajak masyarakat untuk senantiasa nguri- uri tradisi leluhur.
“Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan nguri- uri. Ini juga bertujuan mendongkrak kegiatan pariwisata daerah dan menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar. Lihat saja, warga menggelar aneka dagangan dan semua laris,” pungkasnya. Waskita