SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Founder Diwa Foundation, Diah Warih Anjari mengunjungi rumah masa kecil Brigjen Slamet Riyadi yang berada di Kelurahan Danukusuman, Kecamatan Serengan, Sabtu, (17/08/2024).
Tepat di Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke-79, Bakal Calon Walikota Solo itu sengaja datang mengunjungi untuk bisa bersilaturahmi dengan keluarga salah satu pahlawan nasional yang lahir dan besar di Kota Solo. Serta untuk melihat langsung bagaimana kondisi tempat bersejarah itu.
Disana Diah Warih bertemu dengan Sarjono Catur yang merupakan cucu keponakan dari Slamet Riyadi. Setelah sempat berkenalan dan diajak melihat ke dalam rumah. Diah Warih mengaku merasa prihatin melihat kondisi rumah tersebut.
“Saya secara pribadi prihatin, kondisinya cukup kurang layak. Kalau berbicara pahlawan nasional, ini harusnya diperhatikan diberi perhatian khusus. Bagaimana tempat ini layak dan menjadi satu tempat referensi bahwa kita punya sejarah Indonesia berjuang di kemerdekaan,” ungkap Diah Warih yang akrab disapa Mbake Solo itu.
Sebagai founder Diwa Foundation, Diah Warih mengaku akan memberikan apresiasi dan perhatian khusus. Terlebih lagi melihat jasa dan perjuangan Brigjen Slamet Riyadi untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.
Meski demikian, sebelum menyentuh bangunan tersebut, Diah akan berembuk terlebih dahulu dengan pihak keluarga yang bertempat tinggal di tempat itu.
“Ini bisa menjadi sebuah tempat yang harusnya menjadi referensi. Karena ini dapat menjadi magnet bagaimana kita mengetahui sejarah Solo untuk Indonesia. Salah satu pahlawan nasional juga berperan dari Solo. Kami ingin banget menjadikan ini sebuah gallery-gallery bersejarah yang tidak hanya Solo harus tau, tapi dunia harus tau. Bahwa ini kisah sejarah dan ke depan kami yakin ketika kami sudah berembuk. Karena ini atas nama pribadi, kami akan menyelesaikannya dulu secara pribadi,” terangnya
Dilain pihak cucu keponakan Slamet Riyadi, Sarjono Catur menerangkan bahwa bangunan tersebut memang masih dalam kondisi asli semenjak dari kakek buyutnya. Untuk perawatanpun selama ini juga masih dilakukan secara mandiri.
“Pak Slamet waktu kecil dibesarkan disini. Jadi dulu kakek saya memang membeli yang pertama bangunan sebelah barat. Kemudian lanjut membeli di sebelah timur sehingga ini bergandengan jadi satu,” ujarnya.
Jika dirunut secara silsilah keluarga, nenek buyut dari Sarjono Catur sendiri merupakan kakak dari Slamet Riyadi. Sedangkan Slamet Riyadi sendiri tidak mempunyai keturunan, karena gugur di medan pertempuran di usia yang masih sangat muda 23 tahun.
“Jadi disini dulu sebetulnya talangnya sering bocor, talang ini menjadi masalah setiap tahun. Sengnya sudah berkarat sejak jaman Belanda. Sehingga hanya ditambal dan ditumpuki bertahun-tahun. Sempat ada utusan untuk memperbaiki talang, tapi belum kejadian. Sampai om saya saat datang kesini membantu memperbaiki talang, diperbaiki sendiri dari keluarga,” tandasnya. Ando