Beranda Daerah Wonogiri Fenomena Doom Spending, Benarkah Bikin Gen Z Miskin, Bagaimana Solusi Mengatasinya?

Fenomena Doom Spending, Benarkah Bikin Gen Z Miskin, Bagaimana Solusi Mengatasinya?

Gen Z
Ilustrasi gen Z. Istimewa

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena “doom spending” semakin marak terjadi, terutama di kalangan Generasi Z.

Doom spending merujuk pada perilaku konsumtif yang tidak terkendali sebagai bentuk pelarian dari kecemasan atau ketidakpastian akan masa depan.

Situasi ini disinyalir menjadi salah satu penyebab utama yang membuat Gen Z rentan mengalami kemiskinan di masa mendatang.

A. Gaya Hidup Konsumtif dan Tekanan Sosial Media

Generasi Z, yang lahir pada era digital, tumbuh di tengah arus informasi yang sangat cepat dan diwarnai dengan berbagai tren gaya hidup yang sering kali dipertontonkan di media sosial. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube mendorong Gen Z untuk mengikuti gaya hidup mewah, meskipun sering kali tidak sesuai dengan kemampuan finansial mereka.

Dorongan untuk tampil serba ‘keren’ di media sosial, ditambah dengan mudahnya akses terhadap layanan belanja online dan metode pembayaran seperti paylater, semakin memperparah fenomena ini. Mereka sering kali tergoda untuk mengeluarkan uang tanpa perencanaan matang, hanya untuk merasakan kepuasan instan atau menenangkan diri dari rasa cemas akan ketidakpastian masa depan, terutama dengan kondisi ekonomi global yang belum stabil.

B. Kecemasan dan Ketidakpastian Ekonomi

Kecemasan yang dialami Gen Z bukanlah tanpa alasan. Di tengah tingginya tingkat inflasi, kenaikan harga properti, dan kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak, banyak anak muda merasa pesimis terhadap kemampuan mereka untuk mencapai stabilitas finansial. Hal ini memicu sikap “hidup untuk saat ini” yang justru mendorong mereka untuk lebih banyak berbelanja tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang.

Baca Juga :  Kenalkan Kasatreskrim Polres Wonogiri Iptu Agung Sadewo dan Wakapolres Klaten Kompol Heru Sanusi

Doom spending menjadi jalan pintas untuk mengatasi stres dan ketidakpastian, namun hal ini justru berisiko menjerumuskan mereka ke dalam jerat utang. Tidak sedikit dari mereka yang akhirnya mengalami kesulitan membayar cicilan atau terjebak dalam siklus pengeluaran yang tidak terkontrol, sehingga memperparah kondisi finansial mereka.

C. Rendahnya Pendidikan Finansial

Salah satu penyebab utama dari kerentanan Gen Z terhadap kemiskinan adalah kurangnya pengetahuan mengenai literasi keuangan. Banyak dari mereka yang belum memahami pentingnya perencanaan keuangan, menabung, dan berinvestasi sejak dini. Akibatnya, mereka cenderung membuat keputusan keuangan yang kurang bijaksana dan mudah tergoda untuk membelanjakan uang demi kesenangan jangka pendek.

Pendidikan keuangan yang minim ini juga membuat mereka tidak siap menghadapi risiko-risiko finansial di masa depan, seperti kehilangan pekerjaan, krisis ekonomi, atau kenaikan biaya hidup yang terus menerus.

D. Dampak Jangka Panjang

Jika doom spending ini terus berlanjut, dampaknya tidak hanya akan dirasakan oleh individu, tetapi juga oleh perekonomian secara keseluruhan. Generasi Z, yang diharapkan menjadi penggerak ekonomi di masa depan, justru berpotensi menjadi generasi yang sulit mencapai kesejahteraan finansial.

Tanpa perubahan sikap dan pemahaman yang mendalam mengenai pentingnya manajemen keuangan, Gen Z bisa terjebak dalam siklus kemiskinan yang sulit diatasi. Penting bagi pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat secara umum untuk meningkatkan literasi keuangan bagi generasi muda, agar mereka lebih siap menghadapi tantangan ekonomi di masa depan.

E. Solusi untuk Gen Z

Baca Juga :  Mudik Lebaran 2025, Tiket Bisa Dibeli H-60

Untuk menghindari jebakan doom spending, ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh Generasi Z, antara lain:

1. Mengatur Anggaran Keuangan: Membuat anggaran bulanan dan berusaha untuk mematuhi anggaran tersebut dapat membantu mengontrol pengeluaran yang tidak perlu.

2. Menghindari Paylater Berlebihan: Menggunakan layanan paylater atau cicilan hanya untuk kebutuhan mendesak dan tidak untuk keperluan konsumtif.

3. Meningkatkan Literasi Keuangan: Mempelajari cara menabung, berinvestasi, dan mengelola utang agar lebih siap menghadapi tantangan finansial di masa depan.

4. Memanfaatkan Teknologi untuk Menabung:
Banyak aplikasi yang membantu untuk menyisihkan uang secara otomatis, ini bisa membantu membangun kebiasaan menabung.

Fenomena doom spending menjadi tanda bahwa pentingnya kesadaran finansial di usia muda. Jika Gen Z mampu mengubah perilaku konsumtif dan lebih bijak dalam mengelola keuangan, mereka bisa menghindari risiko kemiskinan yang mengintai dan mencapai kestabilan finansial di masa depan. Aris Arianto