Beranda Daerah Wonogiri Inspiratif, Fatayat NU Wonogiri Terus Gerakkan Kadernya Terjun Langsung Turunkan Angka Stunting,...

Inspiratif, Fatayat NU Wonogiri Terus Gerakkan Kadernya Terjun Langsung Turunkan Angka Stunting, Galakkan Program Sambang Simbok Sambang Bocah

Stunting
Orientasi pemberian makanan bayi dan anak atau PMBA untuk kader Fatayat NU tingkat anak cabang Wonogiri dengan tema optimalisasi peran kader PMBA dalam percepatan penurunan stunting di Wonogiri. Joglosemarnews.com/Aris Arianto

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM
Fatayat NU Wonogiri terus menggerakkan kadernya untuk terjun langsung aktif ikut menurunkan angka stunting. Hal ini sesui program S3B, Sambang Simbok Sambang Bocah.

Langkah itu tercermin pada kegiatan orientasi pemberian makanan bayi dan anak atau PMBA untuk kader Fatayat NU tingkat anak cabang Wonogiri dengan tema optimalisasi peran kader PMBA dalam percepatan penurunan stunting di Wonogiri.

Kegiatan mengahdirkan narasumber dari Dinkes Wonogiri dan PW Fatayat NU Jateng dengan diikuti para kader Fatayat NU tingkat anak cabang se-kabupaten Wonogiri di Joglo NU Jatisari Jatisrono Wonogiri, Jumat (13/9/2024).

Ketua PC Fatayat NU Wonogiri Yuni Astuti membeberkan, PW Fatayat NU memiliki program S3B, yakni Sambung Simbok Sambang Bocah. Program ini sangat relevan dengan program penurunan stunting.

“Di Wonogiri langkah ini juga selaras dan sinergis dengan upaya Pemkab Wonogiri menurunkan stunting,” ujar Yuni Astuti.

Lantaran itu Fatayat NU Wonogiri terus menggerakkan kader untuk aktif terjun langsung ke lapangan. Melakukan pendampingan ke keluarga sasaran, minimal satu kader mendampingi satu bumil dan balita di lingkungan sekitar.

“Muaranya bersama mewujudkan kondisi Wonogiri zero stunting,” tandas Yuni Astuti.

Kepala Dinas Kesehatan Wonogiri, Setyarini, melalui Kabid Kesehatan Masyarakat, Titik Setyaningsih, menekankan hal-hal yang perlu diperhatikan para kader Fatayat NU dalam mendampingi masyarakat untuk menurunkan angka stunting. Di antaranya kondisi ibu hamil sangat berpengaruh terhadap perkembangan janin. Ketika bumil stres, asupan makanan kurang diperhatikan maka sangat berpengaruh terhadap janin bahkan saat bayi lahir.

Hal selanjutnya adalah ibu menyusui atau busui juga harus memperhatikan asupan makanannya. Karena ASI sebagai sumber makanan bayi berasal dari asupan makanan sang ibu.

Baca Juga :  Baron Divonis Seumur Hidup Kasus Pembunuhan Perempuan yang Ditemukan Tinggal Kerangka di Setren Slogohimo Wonogiri

“Selain itu perlu diperhatikan bagaimana lingkungannya, bagaimana pola asuh anak, kepedulian ayah, dan lainnya. Ini sangat berpengaruh kepada janin dan anak. Terus, bagaimana kualitas airnya, kebersihan dan kesehatan lingkungan. Sejumlah hal di lingkungan sangat berpengaruh terhadap penurunan angka stunting. Lantaran itu kader Fatayat NU harus menyentuh mendampingi keluarga secara utuh,” beber Titik Setyaningsih.

Pihaknya mengharapkan ketika kader melakukan pendampingan maka gunakan bahasa yang familiar bahasa yang sederhana agar mudah dipahami mudah dimengerti. Karena dengan bisa dimengerti maka pesan yang akan disampaikan yakni perubahan perilaku dari masyarakat, bisa mengena.

“Kader Fatayat NU mesti bekerjasama dengan PKK, bidan, dan pihak lainnya. Karena tidak bisa bekerja sendirian, harus koordinasi. Mesti saling berkomunikasi terutama ketika ada masalah di lapangan.
Sama seperti dinas kesehatan yang tidak bisa menyelesaikan stunting sendirian. Karena stunting itu multisektoral,” terang dia.

Sementara dalam rilisnya Ketua PW Fatayat NU Jateng Hj.Tazkiyatul Muthmainnah, MKes berujar
Hasil Survey Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, menunjukkan bahwa sekitar 1 dari 5 balita di Indonesia mengalami stunting pada 2023 dengan angka prevalensi sebesar 21,5%. Prevalensi ini relative stagnan dari tahun sebelumnya, yakni 21,6%.

Perlu diakui bahwa progres ini belum dapat memenuhi target RPJMN 2020-2024 yang menargetkan prevalensi stunting sebesar 14% pada tahun 2024.

Kasus stunting terbanyak yaitu pada usia 2-3 tahun, dengan prevalensi 26,2% pada
tahun 2022 dan 25,8% pada tahun 2023. Pada kelompok usia 3-4 tahun dan 4-5 tahun,
prevalensi stunting menurun 0,9 kali dibandingkan pada kelompok umur 2-3 tahun

Baca Juga :  Kebakaran di Gunung Wijil Kaliancar Selogiri Wonogiri, Terjadi saat Korban Bagikan Bingkisan Jumat Berkah usai Salat Subuh

Di Jawa Tengah, upaya percepatan penurunan stunting pada tahun 2022 masih belum mencapai target sebagaimana yang ditargetkan yaitu sebesar 18,4%. Berdasarkan
SSGI, prevalensi stunting mengalami penurunan dari angka 20,9% pada tahun 2021 menjadi 20,8% pada tahun 2022, atau hanya mengalami penurunan sebesar 0,1%.

Sedangkan pada tahun 2023,Jawa Tengah juga mengalami penurunan yang relative
stagnan di angka 20,7%. Sedangkan di Wonogiri, berdasarkan SKI pada status gizi balita tahun 2023 di angka 19,5%.

Salah satu komponen dalam program penguatan program gizi adalah dengan melakukan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan kader dalam memberikan layanan konseling PMBA melalui pelatihan PMBA secara berjenjang.

Saat ini, PW Fatayat NU Jawa Tengah melalui Program Sambung Simbok Sambang Bocah tengah memantau 51.563 ibu hamil dan pengasuh balita dengan memberikan minimal satu pesan kunci pencegahan stunting di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Aris Arianto