WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Di tengah musim kemarau yang melanda wilayah Wonogiri selatan, warga setempat mengambil langkah-langkah demi memenuhi kebutuhan air bersih.
Salah satu solusi yang kerap dilakukan warga adalah membeli air bersih melalui tangki air keliling. Sebagian besar memang kini warga sudah terkaver jaringan air ledeng. Sebagian juga telah dipenuhi melalui bantuan dropping air bersih.
Sementara persediaan air bersih di telaga maupun tandon warga banyak yang telah mengering.
Nah, menurut penelusuran media ini, membeli air bersih sudah dilakukan puluhan tahun. Lantas ketika uang tabungan menipis ditambah musim kemarau nihil panen pertanian, menjual ternak dan perhiasan acapkali mereka tempuh agar bisa membeli air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
“Sudah biasa bagi kami, menjual ternak atau perhiasan (untuk membeli air bersih). Karena ternak dan perhiasan itu sebagian adalah tabungan darurat kalau sewaktu waktu ada kebutuhan, misalnya buat beli air,” jelas salah satu warga yang meminta namanya tidak ditulis, Jumat (6/9/2024).
Menurut warga lainnya, menjual ternak maupun perhiasan beberapa tahun lalu, cukup lumrah. Namun belakangan sudah mulai jarang terdengar.
“Pasti ya ada yang menjual ternak atau emas buat beli air. Tapi ya tidak mungkin kemudian lantas woro-woro (memberitahukan ke warga lainnya). Tapi yang jelas kami juga diuntungkan dengan adanya perantauan, famili yang merantau sering kirim air bersih atau uang untuk pengadaan air,” sebut dia.
Terpisah Wabup Bupati Wonogiri Setyo Sukarno mengatakan di musim kemarau, ancaman bahaya berupa kekurangan air bersih, dan kebakaran pemukiman, lahan serta hutan acap kali terjadi di kabupaten Jateng tenggara, Wonogiri.
Hal ini tidak terlepas dari fakta geografis bahwa Kabupaten Wonogiri sebagian besar merupakan pegunungan kapur.
Dijelaskan Setyo Sukarno, sesuai data rawan kekeringan sumber air baku yang dirilis BPBD pada Juli, potensi kekeringan meliputi 14 wilayah Kecamatan yang mencakup 43 Desa/Kelurahan. Sedangkan jumlah KK terdampak sebanyak 9. 865 KK, terdiri dari 28.959 jiwa.
Berbagai langkah antisipatif untuk kondisi darurat yang dapat ditempuh adalah dengan mengirimkan air bersih. Meski demikian, Setyo Sukarno menyampaikan bahwa solusi permanen perlu dilakukan yakni dengan membangun sarana air bersih berupa tandon air komunal maupun sarana air bersih sambungan rumah.
Plt Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri Trias Budiono menyebutkan, Pemkab Wonogiri juga sudah menganggarkan anggaran sekira Rp 750 juta untuk penyaluran air bersih.
Trias Budiono menuturkan, sudah ada permintaan bantuan air bersih dari sejumlah desa di beberapa kecamatan.
Krisis air bersih melanda setelah sumber air mulai mengering. Kondisi itu menjadikan warga terpaksa membeli air bersih di penjual air keliling. Aris Arianto