Beranda Nasional Jogja Solusi Atasi Kekeringan di Gunungkidul, Pemkab Bakal Angkat Sumber Air Luweng Wuluhkumet

Solusi Atasi Kekeringan di Gunungkidul, Pemkab Bakal Angkat Sumber Air Luweng Wuluhkumet

Pemeriksaan sumber mata air di Luweng Wuluhkumet oleh PDAM Gunungkidul, beberapa waktu lalu | tribunnews

GUNUNGKIDUL, JOGLOSEMARNEWS.COM Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul tak henti-hentinya berinovasi untuk membantu masyarakat yang mengalami kekeringan dan krisis air bersih sebagai dampak musim kemarau berkepanjangan.

Sebuah rencana perpanen dan jangka panjang telah dirancang, yakni mengangkat sumber mata air  yang berada di Luweng Wuluhkumet, Dusun Gebang, Kalurahan Girisuko.

Diproyeksikan, sumber mata air tersebut mampu memenuhi kebutuhan air di lima  padukuhan.

Menurut penjelasan, Direktur Utama PDAM Tirta Handayani Gunungkidul Totok Sugiharta, dari penghitungan didapatkan debit air yang berada di Luweng itu mencapai 40 liter per detik.

Adapun,  kedalaman  untuk mengangkat air itu kurang lebih 45 meter karena di bawah tersebut ada pertemuan dua sungai.

“Artinya, dengan debit air tersebut,  jika dapat terangkat bisa memenuhi kebutuhan air di Panggang I, Panggang II, dan Panggang III. Ini adalah salah satu alternatif dalam memenuhi kebutuhan air masyarakat,”ujarnya usai meninjau Luweng Wuluhkumet, pada Minggu (22/9/2024).

Untuk proses pengangkatan air dari Luweng tersebut, dia mengatakan bakal  dilakukan dalam dua tahap.

Yakni, tahap pertama  akan  diambil yang dari kedalaman 45 meter dengan debit 7-10 liter per detik untuk melayani 800 sambungan rumah.

Kemudian, yang tahap  kedua akan diambil dari sumber mata air yang  berjarak 150 meter dari titik pertama yang berada dititik pertemuan dua sungai.

Baca Juga :  Pendukung Paslon Kusuka di Sleman Jadi Korban Penganiayaan, Diduga Dipicu Pemasangan APK

“Nantinya, yang diambil dari tahap kedua ini untuk memenuhi kebutuhan di daerah Temuireng,” paparnya.

Apabila PDAM  bisa mengangkat sumber mata air ini. Maka, otomatis warga yang selama ini membeli air lewat tangki keliling saat musim kemarau bisa lebih menghemat.

“Tentu ini juga akan membantu masyarakat untuk menghemat pengeluaran. Kalau kemarau kan harus beli air itu rata-rata harganya Rp150.000 per tangkinya,”ujarnya.

 

Dia menambahkan, diperkirakan untuk pengerjaan pengangkat air dari Luweng akan memakan anggaran sekitar Rp 500-700 juta.

Dengan, masa pengerjaan akan selesai dalam kurun waktu dua bulan.

Sementara itu, Bupati Gunungkidul Sunaryanta mengatakan pemerintah daerah akan mencoba mengangkat air dari Luwung Wuluhkumet ini.

Disebutkannya, memang tidak serta merta bahwa semua air bisa diangkat namun setidaknya ini bisa memenuhi kebutuhan air bagi  masyarakat sekitar.

“Nantinya sumber ini akan dimanfaatkan oleh PDAM karena sebelumnya memang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dan dengan debit yang begitu besar nantinya dapat memenuhi kebutuhan air di lima Padukuhan. Kami akan segera membangun di lokasi ini,”ucapnya.

Sinder Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Yogyakarta, Abdul Aziz turut mendukung proses pembangunan untuk pengangkatan air mengingat Luweng Wuluhkumet sendiri berada dikawasan Pengelolaan Hutan Yogyakarta.

Baca Juga :    Tergusur Tol Solo-Jogja, Proses Relokasi Makam Mbah Celeng  Tunggu Hari Baik dari Kraton

“Yang jelas kita mendukung kegiatan ini, ketika air yang didalam kawasan dapat dimanfaatkan silahkan selama tidak mengganggu ataupun merubah ekosistem yang telah ada,” tandasnya.

Sementara itu, Darmiyanto salah satu warga Girisuko yang telah memanfaatkan air di Luweng Wuluhkumet sejak tahun 1987 mengaku senang sekali setelah mengetahui nantinya air dari Luweng akan diangkat untuk memenuhi kebutuhan di desanya,

“Tahun 1987 niku kulo kalih warga gebang mendet toya ngagem tangga darurat, awit biyen ngantos sakniki niku mboten enten solusi kagem ngangkat toya,”urainya.

www.tribunnews.com