SUKOHARJO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Nasib PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) yang menyandang status “pailit”, benar-benar dirasakan oleh para karyawan di pabrik yang cukup legendaris tersebut. Para karyawan merasakan kegetiran nasibnya, bersamaan dengan kondisi perusahaan yang selama ini menjadi tiang hidup mereka.
Salah satunya, hal itu dirasakan benar oleh Purnama (53), karyawan perusahaan tekstil terbesar di Asia Tengrgara itu, yang saat ini dirumahkan bersamaan dengan 2.500-an karyawan lainnya.
Puluhan tahun sudah ia mengabdikan diri di Sritex, menjadi saksi bagaimana perusahaan itu berkembang pesat. Namun, situasi kini berubah drastis. Sejak bahan baku untuk produksi dibekukan, manajemen memutuskan untuk meliburkan Purnama dan 2.500 karyawan lainnya.
Kondisi perusahaan tersebut berdampak langsung pada kehidupan keluarganya.
Sebagai tulang punggung keluarga, Purnama harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ia memiliki dua anak yang masih menjadi tanggungannya: anak pertama sedang cuti kuliah karena kesulitan membayar biaya pendidikan, sementara anak kedua duduk di bangku kelas satu SMA.
“Tanggungan saya banyak. Anak pertama laki-laki, kuliah, tapi terpaksa cuti satu semester karena belum ada uang untuk membayar. Anak kedua perempuan, masih SMA,” ujar Purnama, Sabtu (16/11/2024).
Tidak hanya itu, Purnama juga merawat ibunya yang menderita stroke.
“Ibu kena stroke, jadi kami harus lebih berhati-hati mengatur keuangan. Situasi ini berat sekali, karena kami terbiasa hidup dari gaji di Sritex,” tuturnya dengan nada sedih.
Meski demikian, Purnama bersyukur karena hingga kini hak-haknya sebagai karyawan masih dipenuhi oleh perusahaan. “Selama hampir 30 tahun bekerja di Sritex, gaji saya tidak pernah telat. Bahkan di tengah situasi sulit seperti sekarang, gaji tetap dibayarkan tepat waktu,” katanya.
Namun, gaji yang diterima tidak lagi seperti sebelumnya. Kondisi ini membuat Purnama harus semakin berhemat dan mencari alternatif untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Harapan Purnama hanya satu: situasi di PT Sritex segera membaik. “Saya ingin perusahaan pulih kembali, supaya kami bisa kembali bekerja seperti biasa. Hidup ini berat tanpa pekerjaan tetap,” ujarnya sambil memandang jauh ke luar rumah.
Purnama mengaku, kesedihan ini bukan hanya miliknya. Ribuan karyawan Sritex lainnya juga merasakan hal serupa. Mereka semua berharap agar badai ini segera berlalu.
“Sedih rasanya, keadaan tidak seperti biasanya. Tapi kami semua berdoa agar Sritex segera bangkit,” pungkasnya.
Di tengah kesulitan, Purnama dan keluarganya mencoba bertahan dengan semangat dan doa. Bagi mereka, harapan adalah satu-satunya pegangan di tengah badai kehidupan.