Beranda Daerah Wonogiri Fenomena Akhir Tahun, Kebutan Proyek Pembangunan Fisik di Tengah Hujan Deras

Fenomena Akhir Tahun, Kebutan Proyek Pembangunan Fisik di Tengah Hujan Deras

ilustrasi pengerjaan proyek jalan. Foto/Dok JSnews

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sejumlah daerah di Indonesia kini tengah dikepung kesibukan penyelesaian proyek pembangunan fisik. Fenomena ini umum terjadi setiap akhir tahun, ketika kontraktor berlomba menyelesaikan target proyek di tengah tekanan tenggat waktu dan cuaca yang tidak mendukung.

Khusus 2024 ini beberapa daerah yang menyelenggarakan Pilkada 2024 kemungkinan tidak terjadi banyak kebutan proyek fisik. Ini mengingat tidak sedikit anggaran tersedot untuk keperluan Pilkada 2024.

Namun disadari atau tidak memasuki musim penghujan, intensitas hujan deras yang kerap melanda menjadi tantangan berat bagi rekanan yang harus menyelesaikan pembangunan tepat waktu. Misalnya, proyek jalan raya, saluran drainase, atau gedung pemerintahan. Hujan deras sering kali menyebabkan pengerjaan terganggu, material basah atau rusak, hingga alat berat tidak bisa beroperasi maksimal.

Padahal, keterlambatan penyelesaian proyek memiliki dampak serius. Bagi kontraktor, ancaman blacklist atau denda menjadi risiko nyata jika gagal memenuhi tenggat waktu. Bagi pemerintah daerah, molornya proyek berdampak pada pengelolaan anggaran.

Ketika proyek tidak selesai sesuai jadwal, pengalokasian dana menjadi lebih sulit. Karena harus dibawa ke tahun berikutnya, bahkan bisa memengaruhi penilaian kinerja pemerintah setempat.

Baca Juga :  Jangan Beli HP Baru Pilih Barang Bekas, Frugal Living Boikot Rencana Kenaikan PPN 12 Persen

Selain itu, masyarakat juga menjadi pihak yang paling dirugikan. Infrastruktur jalan yang semestinya memperlancar mobilitas, misalnya, terpaksa belum bisa digunakan.

Namun, sebagian rekanan beralasan bahwa faktor perencanaan yang kurang matang di awal tahun menjadi salah satu akar masalah. Menurut mereka, proses administrasi yang lambat, seperti pelelangan atau pengesahan anggaran, sering kali membuat pengerjaan proyek baru dimulai pada kuartal kedua atau ketiga.

Untuk mengatasi masalah ini, beberapa daerah mulai memperketat pengawasan dan memberikan insentif kepada kontraktor yang mampu menyelesaikan proyek lebih awal dengan kualitas yang sesuai standar. Di sisi lain, masyarakat berharap agar pemerintah lebih realistis dalam merencanakan proyek, termasuk mempertimbangkan musim hujan yang selalu datang setiap akhir tahun.

Solusi di Masa Depan

Para ahli menyarankan perlunya perencanaan proyek berbasis cuaca, di mana pekerjaan yang rentan terpengaruh hujan dijadwalkan selesai sebelum musim penghujan tiba. Selain itu, teknologi konstruksi yang lebih canggih dan penggunaan material tahan cuaca juga dinilai dapat membantu mempercepat pengerjaan proyek tanpa mengurangi kualitas.

Baca Juga :  PSHT Bukan Alat Politik, Aksi Damai Menggema di Jateng Tenggara alias Wonogiri

Semoga fenomena proyek kebut akhir tahun ini tidak hanya menjadi pembelajaran, tetapi juga menjadi momentum bagi pemerintah dan kontraktor untuk memperbaiki sistem dan memastikan proyek berjalan tepat waktu demi kepentingan masyarakat luas. Aris Arianto