Beranda Daerah Wonogiri Ungkrung alias Entung, Kepompong Ulat Jati yang Diburu di Awal Musim Penghujan,...

Ungkrung alias Entung, Kepompong Ulat Jati yang Diburu di Awal Musim Penghujan, Kuliner Ekstrem dan Peluang Cuan

Entung
Kepompong ulat jati atau entung alias ungkrung. Dok. FB group/KULINER WONOGIRI

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Awal musim penghujan membawa berkah tersendiri bagi sebagian masyarakat, terutama pemburu ungkrung alias entung jati atau kepompong ulat jati.

Ungkrung, yang biasanya ditemukan di daun jati yang gugur atau menempel di batang pohon jati, menjadi incaran karena potensi ekonominya dan daya tariknya sebagai bahan kuliner ekstrem.

Di beberapa daerah seperti Gunungkidul dan Wonogiri, tradisi berburu ungkrung atau entung jati sudah menjadi kegiatan rutin saat daun-daun jati mulai rontok. Para pemburu biasanya membawa wadah plastik untuk mengumpulkan ungkrung yang sering tersembunyi di antara tumpukan daun.

Hasil tangkapan mereka tidak hanya dikonsumsi sendiri tetapi juga dijual dengan harga yang cukup menggiurkan, berkisar puluhan hingga seratusan ribu rupiah per kilogram, tergantung pada kualitas dan kondisi pasar.

Meski bagi sebagian orang terasa asing, ungkrung sudah lama dikenal sebagai bahan makanan kaya protein. Warga lokal mengolahnya menjadi berbagai hidangan, seperti gorengan, tumis pedas, hingga dibuat botok dan sejenisnya.

Baca Juga :  Waduh!Bansos Dihentikan Sampai Pilkada Selesai, Apa Kabar BPNT dan PIP

“Awalnya geli, tapi kalau sudah dimasak, rasanya gurih dan enak. Apalagi kalau digoreng kering,” ujar Rina, salah satu penggemar ungkrung asal Wonogiri, Rabu (20/11/2024).

Namun, pengolahan ungkrung membutuhkan teknik khusus. Sebelum dimasak, kepompong ini biasanya direndam untuk menghilangkan kotoran dan tekstur keras kulitnya. Proses memasak yang benar tidak hanya membuatnya lezat tetapi juga memastikan kebersihannya.

Peluang Usaha di Balik Tren Ungkrung

Selain menjadi santapan, ungkrung juga menciptakan peluang ekonomi baru. Beberapa warga menjadikannya bisnis musiman dengan memasok ke pasar lokal atau menjualnya secara online.

“Permintaan ungkrung meningkat tiap awal musim hujan, terutama dari para pecinta kuliner unik,” ungkap Andi, pedagang ungkrung asal Wonogiri.

Baca Juga :  Mahasiswa KKN UNS Ajarkan Warga  Ngelo Ubah Limbah Jadi Pupuk Organik Cair

Jadi, ungkrung bukan hanya sekadar fenomena alam, tetapi juga menjadi bagian dari tradisi, tantangan kuliner, dan peluang ekonomi yang unik. Apakah Anda berani mencoba?

Aris Arianto