SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Universitas Sebelas Maret (UNS) melalui Program Inovasi Kreatif untuk Mitra Vokasi (Inovokasi) 2024 menggandeng masyarakat Kelurahan Sambi, Kabupaten Sragen, untuk mengembangkan konsep pertanian-peternakan terpadu dengan pendekatan zero waste.
Program ini berkolaborasi dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sejahtera dan Kelompok Tani Sumber Rejeki Desa Sambi, serta melibatkan mahasiswa Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dari Sekolah Vokasi UNS.
Program Inovokasi ini dipelopori oleh tim UNS yang terdiri dari Ketua Tim Ari Prasetyo, S.T., M.T., dengan anggota Dr. Hammar Ilham Akbar, S.Pd., M.T., Desy Setyaningrum, S.P., M.P., Ganjar Pambudi, S.T., M.T., dan Wahyu Subagyo Saputro, S.Pt., M.Sc. Program ini dirancang untuk mengoptimalkan potensi Desa Sambi yang sebagian besar warganya bekerja sebagai petani dan peternak.
Ketua Tim, Ari Prasetyo sebagaimana dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews menjelaskan, dengan semakin meningkatnya jumlah ternak di Desa Sambi berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2023, masalah pencemaran lingkungan akibat penumpukan limbah ternak juga kian mengkhawatirkan.
Ia menjelaskan, limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari udara, air, dan tanah di sekitar desa. Oleh karena itu, Tim Inovokasi UNS menginisiasi pelatihan pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik melalui proses pengomposan. Proses itu juga bertujuan untuk membantu warga dalam mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.
“Kami ingin memperkenalkan kepada masyarakat bahwa limbah bukanlah akhir dari proses produksi, melainkan awal dari siklus baru yang dapat memberikan manfaat bagi lingkungan dan perekonomian,” ujar Ketua Tim, Ari Prasetyo.
Proses Pengomposan untuk Pupuk Organik
Dipalarkan, dalam program ini, limbah ternak diolah bersama dengan bahan-bahan organik lainnya, seperti jerami, sekam padi, serbuk gergaji, daun kering (sebagai sumber karbon), rumput segar, dan sisa sayuran (sebagai sumber nitrogen). Untuk menjaga proses pengomposan, tim UNS juga menambahkan molase dan EM4 sebagai aktivator kompos.
Proses pengomposan dilakukan secara aerob, yaitu dengan melibatkan oksigen yang cukup agar mikroorganisme dapat mengurai bahan-bahan organik tersebut menjadi pupuk dalam waktu 4-6 minggu.
Pupuk yang sudah matang dapat langsung diaplikasikan di lahan pertanian, dengan ciri-ciri berupa tampilan seragam, berbentuk butiran atau bubuk, dan tanpa bau menyengat. Tim UNS juga memberikan panduan bagi para petani untuk memastikan penggunaan pupuk organik secara tepat dosis, cara, dan waktu guna memaksimalkan manfaatnya.
Dampak Ekonomi dan Lingkungan
Melalui program Inovokasi, UNS tak hanya membantu masyarakat dalam pengelolaan limbah ternak, tetapi juga berupaya meningkatkan pendapatan warga. Dengan biaya produksi pupuk organik yang lebih rendah dibandingkan pupuk kimia, petani dan peternak Desa Sambi dapat menghemat biaya, mengurangi ketergantungan terhadap bahan kimia, dan meningkatkan kualitas hasil panen mereka.
Program tersebut, jelas Ari Prasetyo, juga diharapkan menjadi unit bisnis potensial bagi Desa Sambi. Dengan dukungan dari pemerintah daerah, konsep zero waste ini berpotensi menjadi model pertanian dan peternakan berkelanjutan di Indonesia.
Tim Inovokasi UNS berharap keberhasilan program itu dapat menginspirasi daerah-daerah lain untuk mengembangkan sistem pertanian-peternakan terpadu dan ramah lingkungan. Langkah-langkah inovatif ini tidak hanya membantu memberdayakan masyarakat, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui pendekatan pertanian berkelanjutan.
Dengan inisiatif tersebut, UNS melalui program Inovokasi, demikian dari TIM Sekolah Vokasi UNS, berkomitmen untuk mendorong ekonomi desa sekaligus mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam hal membangun pemukiman inklusif, aman, dan berkelanjutan. [Redaksi]