BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) RI, Ferry Juliantono kunjungi KUD Mojosongo pada Kamis (14/10/2024) sore. KUD Mojosongo bergerak di bidang persusuan.
Dalam kunjungan itu, Wamenkop menyempatkan diri bertemu dan dialog dengan para peternak, pengurus Koperasi Unit Desa (KUD), Usaha Dagang (UD) dan lembaga pengelolaan dana bergulir (LPDP). Wamenkop berjanji akan membuat pabrik susu yang dikelola koperasi untuk mengatasi persoalan serapan susu yang kurang maksimal. Sehingga susu dibuang.
Menurut Ferry, KUD Mojosongo, beberapa KUD lain, UD dan peternak-peternak Boyolali masih eksis dalam mempertahankan komoditi susu. Bahkan kontribusi susu Boyolali mencapai 70 persen di Provinsi Jawa Tengah.
“Kami juga sekarang berkeinginan dari Kemenkop mendorong Koperasi Peternak Sapi Perah, gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) punya pabrik pengelolaan susu sendiri. Kiita akan jajaki kemungkinan Koperasi bisa terlibat dalam proses industri itu,” katanya.
Tujuannya adalah bisa meningkatkan volume produksi nasional.
“Karena memang ada peningkatan kebutuhan susu di tingkat nasional,” ujarnya.
Diharapkan, koperasi punya andil dalam peningkatan produksi susu nasional. Sehingga koperasi tidak hanya menjadi peternak sapi, tapi juga bisa ikut punya pabrik dan pengelolaan susu sendiri. Dia memastikan pabrik yang dikelola koperasi akan menyerap susu lokal.
Terkait dengan persaingan global, dia mengingatkan perlunya semangat.
“Semangatnya, semangat bekerjasama, pasar sudah tersedia sekarang yang sebagian diisi oleh industri pengelolaan susu monggo bisa jalan. Tapi kami juga punya target program pemerintah untuk mensukseskan program makan bergizi yang itu juga salah satu unsur dari makan bergizi itu adalah susu. Insyaallah bisa dipenuhi oleh peternak-peternak sapi yang ada di KUD,” paparnya.
Terkait pabrik pengolahan susu yang dikelola koperasi, saat ini sudah ada di Lembang, Jawa Barat. Sedangkan pabrik susu ini rencananya akan diadakan didua tempat. Yakni, Jawa Barat dan Jawa Timur. Pabrik tersebut akan dikelola secara profesional untuk memberikan andil peningkatan produksi susu secara nasional.
Sedangkan di Boyolali dinilai juga memiliki potensi. Sebab GKSI memiliki aset pengolahan susu di Winong, Boyolali Kota.
“Kita juga mau lihat, itu aset yang belum termanfaatkan. Nanti juga akan kita bisa buat feasibility study-nya, menjajaki kemungkinan GKSI atau KUD Mojosongo ini punya peningkatan kapasitas dan peningkatan nilai tambah dari susu yang dihasilkan oleh peternak sapi lokal,” lanjutnya.
Selain itu, dia juga mengupayakan solusi jangka pendek.
“Saya mendapatkan masukan untuk peningkatan kualitasnya itu. Kita ada beberapa alat yang perlu disediakan difasilitasi. Pertama alat ukur dan kemudian pendingin-pendingin yang akan di sekitar beberapa pendingin yang bisa memperkuat kualitas susunya. Jadi kami dari Kemenkop menindaklanjuti.”
Ditambahkan pasca gelombang protes, masalah pembatasan kuota susu sapi itu sudah ditemukan titik terang. Pihak peternak juga berkomitmen untuk meningkatkan kualitas susu agar diserap Industri Pengolahan Susu (IPS). Di sisi lain, besar harapan peternak agar koperasi juga ikut andil dalam penyelesaian serapan susu yang kurang maksimal.
“Aksi protes mandi dan buang susu di Boyolali pada Sabtu lalu juga menyingkap tabir besar. Bahwa dibutuhkan solusi jangka panjang. Selain penambahan populasi sapi perah, juga harus ada solusi pabrik yang dikelola koperasi.”
Paparan Wamenkop langsung disambut Manajer KUD Mojosongo Winarno untuk menyampaikan pendapat. Diungkapkan, bahwa produksi susu Boyolali mencapai 140 ton. Namun, hanya 110 ton yang terserap 110 ton. Sehingga 30 ton susu belum terserap.
Di sisi lain, Boyolali baru memiliki delapan unit mesin cooling. Padahan mesin ini memiliki andil besar dalam menjaga kualitas susu.
“Petani harus menyajikan susu yang benar-benar berkualitas, itu tidak gampang. Kami harap pemerintah bisa mensuport kami,” paparnya. Waskita