Aksesibilitas dalam bidang kesehatan merujuk pada kemampuan individu untuk memperoleh pelayanan kesehatan saat dibutuhkan. Akses terhadap pelayanan kesehatan memiliki peran penting dalam meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan kualitas hidup secara keseluruhan. Layanan kesehatan harus dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Meliputi kelompok rentan seperti perempuan, anak-anak, lansia, penyandang disabilitas, dan masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan. Akses ke fasilitas kesehatan dibagi menjadi beberapa kategori yang dapat dianalisis dari perspektif geografis, ekonomi, dan budaya.
Secara umum, akses pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai suatu bentuk pelayanan kesehatan dengan macam jenis pelayanan yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Akses dibagi menjadi tiga aspek seperti yang dijabarkan sebelumnya, yaitu aspek geografis, ekonomi, dan sosial. Akses geografis didefinisikan sebagai kemudahan akses terhadap pelayanan kesehatan yang diukur dari jarak, waktu tempuh, jenis transportasi, dan prasarana jalan. Akses ekonomi menekankan pada kemampuan masyarakat untuk mengalokasikan sumber daya keuangan untuk mengakses layanan kesehatan. Sedangkan pendekatan sosial lebih kepada komunikasi, budaya, keramahan, dan kepuasan pelayanan.
Krisis tenaga kesehatan semakin dirasakan di daerah tertinggal. Kondisi tersebut diperparah pula oleh rendahnya retensi tenaga kesehatan untuk mengabdi di daerah tersebut. Indonesia harus berjuang keras untuk meningkatkan jenis, jumlah, dan mutu tenaga kesehatan. Mendistribusikan dan menempatkan tenaga kesehatan di daerah tertinggal dengan kuantitas dan kualitas yang memadai menjadi hal kritis dalam pemberian pelayanan kesehatan. Pada permasalahan tersebut, selain adanya peran dari tenaga kesehatan, dibutuhkan upaya baik dari pemerintah, maupun masyarakat yang terlibat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara merata.
Terkait dengan kurang meratanya persebaran tenaga kesehatan terutama pada tenaga fisioterapi, pemerintah telah memberikan upaya dalam mengatasi hal tersebut. Upaya tersebut, dengan dibentuknya program SM3T atau Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal, yang berfokus pada bidang kesehatan. Program tersebut dibentuk dengan adanya pengkategorian wilayah. Daerah-daerah tersebut digolongkan menjadi tiga, yakni daerah ‘Terdepan, Terluar, dan Tertinggal’. Hal tersebut bertujuan agar dapat mempermudah dalam meninjau permasalahan pada tiap-tiap daerah di Indonesia.
Program SM3T (Sarjana Mendidik di Wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) merupakan program yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Program SM3T tersebut, diharapkan dapat berkontribusi dengan membagikan pengalaman dan pengetahuan baru kepada masyarakat disekitarnya. Terutama di wilayah-wilayah yang terdepan, terluar, dan tertinggal. Mengingat penugasan sarjana hanya dalam waktu satu tahun. Maka sejak awal disadari bahwa SM3T merupakan solusi sementara terhadap persoalan kekurangan tenaga pendidik di daerah 3T.
Program SM3T mendapat banyak perhatian masyarakat. Hal tersebut dikarenakan program SM3T menyentuh langsung lapisan masyarakat di daerah pelosok. Program SM3T dimaksudkan untuk membantuk mengatasi kekurangan tenaga kesehatan pada daerah tersebut. Selain untuk kemajuan bermasyarakat, kehadiran SM3T juga menjadi pintu masuk yang efisien dan efektif untuk menjaring asupan informasi tentang potret kondisi di daerah dengan kategori 3T. Dengan adanya program SM3T tersebut, diharapkan mampu mengatasi permasalahan kesenjangan akses layanan kesehatan di Indonesia.
Fisioterapi merupakan salah satu ilmu kesehatan yang berperan aktif dalam persoalan tersebut. Fisioterapis berperan dalam meningkatkan kualitas hidup pasien dengan membantu mengatasi aktivitas sehari-hari dengan lebih baik dan mandiri. Seorang fisioterpis memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai cara merawat tubuh serta mencegah cedera lebih lanjut, misalnya dengan mengajarkan teknik-teknik yang benar dalam melakukan aktivitas fisik. Tidak hanya memberikan edukasi, fisioterapis juga dapat berkontribusi dalam program rehabilitasi untuk pasien dengan kondisi kronis, yang membutuhkan perawatan jangka panjang guna mengurangi rasa sakit dan meningkatkan mobilitas. Peningkatan akses terhadap pelayanan fisioterapi yang berkualitas, khususnya di daerah tertinggal, dapat mempercepat pemulihan pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut, sehingga berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Fisioterapis juga berkontribusi dalam memperluas akses layanan kesehatan di daerah terpencil melalui berbagai program, seperti SM3T. Dengan peran yang luas, fisioterapis membantu meningkatkan kesehatan masyarakat, memperbaiki kualitas hidup individu, dan mengurangi kesenjangan layanan kesehatan, terutama di wilayah yang kurang berkembang. Strategi komunikasi yang efektif, seperti pemanfaatan media sosial, kampanye kesehatan, dan pelatihan bagi tenaga kesehatan lokal yang dapat menyampaikan edukasi kepada masyarakat, diperlukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang peran fisioterapi. Melalui pendekatan tersebut, diharapkan informasi mengenai manfaat dan pentingnya fisioterapi dapat tersebar dengan luas. Kolaborasi antara fisioterapis, tenaga medis, dan komunitas lokal menjadi kunci dalam menciptakan sistem perawatan kesehatan yang lebih inklusif dan berkelanjutan, dengan harapan layanan fisioterapi akan lebih mudah diakses oleh masyarakat di daerah terpencil dan dapat meningkatkan kualitas hidup.
Program Sarjana Mengabdi (SM3T) menjadi salah satu solusi yang efektif untuk meningkatkan akses tenaga kesehatan di daerah tertinggal. Namun, program tersebut perlu didukung oleh kebijakan yang lebih menyeluruh. Adanya kebijakan tersebut, layanan fisioterapi tidak hanya berfokus pada penyembuhan setelah terjadi gangguan, tetapi juga dapat berperan dalam upaya pencegahan secara menyeluruh, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Tidak hanya itu, menyediakan fasilitas kesehatan yang lengkap, sarana transportasi yang mudah dijangkau, dan tempat tinggal yang layak bagi tenaga kesehatan akan sangat membantu dalam menjaga keberlanjutan tenaga kesehatan di daerah yang bersangkutan. Langkah-langkah tersebut akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan mengurangi ketimpangan di berbagai wilayah.
Pemerintah pusat dan daerah memiliki peran yang sangat penting dalam mengatasi kekurangan tenaga kesehatan. Kerja sama antara kedua pihak dalam membuat kebijakan yang menyeluruh akan membantu mempercepat pembangunan kesehatan di daerah-daerah tertinggal. Lembaga pendidikan juga memiliki peran penting dalam mempersiapkan tenaga kesehatan yang tidak hanya kompeten secara akademik, tetapi juga peduli terhadap masyarakat agar dapat menyesuaikan diri dengan kondisi daerah tertinggal. Langkah-langkah tersebut, dapat menciptakan akses layanan kesehatan semakin merata, dan pembangunan kesehatan di Indonesia dapat berjalan lebih efektif. Upaya-upaya tersebut perlu dilakukan secara berkelanjutan untuk memastikan kesenjangan kesehatan dapat teratasi dalam jangka panjang. [*]