Beranda Umum Nasional PBNU Sarankan Pemerintah Tak Gunakan Zakat untuk Membiayai Program Makan Bergizi Gratis....

PBNU Sarankan Pemerintah Tak Gunakan Zakat untuk Membiayai Program Makan Bergizi Gratis. Ini Alasannya

Siswa menikmati makanan pada pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis di SMPN 138, Cakung, Jakarta, 7 Januari 2024 |  tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyarankan agar pemerintah tidak mengambil dana zakat untuk menambal kebutuhan untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Pasalnya, zakat telah memiliki aturan peruntukan yang harus dilaksanakan  dengan taat.  Ketua Umum PBBNU, KH Yahya Cholil Staquf menjelaskan, ada delapan golongan yang berhak menerima atau asnaf.

“Ketentuan agama soal zakat sudah jelas. Zakat itu untuk asnaf. Kalau bukan asnaf, enggak bisa dapat zakat,” kata Gus Yahya di Surabaya, Jumat (17/1/2025).

Sebagai informasi, asnaf atau golongan yang berhak menerima zakat yakni fakir, miskin, dan amil. Kemudian, mualaf, budak, dan orang yang berutang.

Karenanya, Gus Yahya menilai bahwa program makan bergizi gratis tak perlu menggunakan zakat. Ketimbang zakat, dia mengatakan infak atau sedekah lebih layak ditujukan untuk program makan bergizi gratis. Sebab, infak atau sedekah lebih jelas kehendaknya atau tasharruf.

Baca Juga :  Pengaturan Pajak di Indonesia Dinilai Paling Jelek oleh Bank Dunia, Ini Reaksi Luhut

“Kalau mau pakai infak atau sodakoh yang bukan zakat itu bisa lebih umum tasharrufnya,” ucap Gus Yahya.

Sebelumnya, Ketua DPD RI Sultan Bachtiar Najamudin menyarankan agar zakat dipakai untuk membiayai program makan bergizi gratis. Agar bisa menghemat pengeluaran anggaran negara.

Sultan juga menilai bahwa masyarakat Indonesia dermawan dan suka bergotong royong. Karenanya, masyarakat akan mudah mengeluarkan zakat.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Sultan Bachtiar Najamudin mengusulkan agar anggaran program Makan Bergizi Gratis (MBG) diambilkan dari dana zakat.  

Baca Juga :  Pertumbuhan Ekonomi 2025 Diprediksi Hanya di Angka  4,7 – 5,5 Persen, Lebih Rendah Dari Prediksi Semula. Ini Sebabnya

www.tempo.co