JOGLOSEMARNEWS.COM — Obat pereda nyeri menjadi andalan banyak orang untuk mengatasi berbagai jenis rasa sakit, mulai dari sakit kepala hingga nyeri otot.
Karena bisa menjadi solusi cepat untuk mengatasi sakit kepala atau nyeri otot, obat yang berfungsi menekan atau mengurangi sinyal rasa sakit yang dikirimkan tubuh ke otak ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
Tetapi, banyak orang yang belum tahu atau tidak menyadari bahwa penggunaan jangka panjang atau tanpa pengawasan medis dapat membawa risiko serius bagi kesehatan.
Lantas, apa sebenarnya obat pereda nyeri itu?
Obat pereda nyeri atau dikenal sebagai analgesik adalah jenis obat yang digunakan untuk mengurangi atau meredakan rasa sakit dan nyeri di tubuh. Dikutip dari laman Poltekkes Makassar dan FPSI Mercubuana, berdasarkan mekanismenya, obat ini dibagi menjadi tiga kategori utama: non-opioid, opioid, dan obat adjuvan. Obat non-opioid, seperti parasetamol dan ibuprofen, sering digunakan untuk nyeri ringan hingga sedang.
Sementara itu, obat opioid seperti morfin dan kodein lebih efektif untuk nyeri berat, seperti pasca-operasi atau penyakit kronis. Ada pula obat adjuvan seperti amitriptilin sebagai obat antidepresan, yang merupakan obat tambahan untuk membantu dalam meredakan nyeri pada kondisi tertentu, seperti neuropatik.
Obat non-opioid bekerja dengan menghambat produksi prostaglandin, senyawa yang menyebabkan peradangan dan nyeri. Di sisi lain, opioid bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk memblokir sinyal rasa sakit.
Sementara itu untuk obat adjuvan tidak berfungsi secara langsung sebagai analgesik, tetapi obat ini membantu memperkuat efek obat anti-nyeri yang lain dengan mekanisme yang berbeda untuk meredakan rasa yang, salah satunya dalam mengurangi sensitivitas terhadap nyeri. Ketiga jenis obat ini harus digunakan dengan tepat dan hati-hati dengan sesuai dosis dan anjuran dokter untuk mencegah efek samping.
Obat Pereda Nyeri Jenis NSID Berbahaya untuk Penderita Ginjal, Hati dan Awal Kehamilan
Risiko dan Bahaya Penggunaan Berlebihan
Meskipun efektif, konsumsi obat pereda nyeri secara terus-menerus dapat menyebabkan efek samping serius. WebMD mencatat bahwa penggunaan berlebihan parasetamol dapat memicu kerusakan hati, bahkan gagal hati akut. Sedangkan NSAID (Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs) seperti ibuprofen dan aspirin dapat meningkatkan risiko pendarahan lambung, gangguan ginjal, hingga serangan jantung.
Pada obat opioid, risiko ketergantungan menjadi perhatian utama. Penelitian yang dipublikasikan oleh National Institute on Drug Abuse (NIDA) menunjukkan bahwa penggunaan opioid dalam jangka panjang dapat menyebabkan kecanduan, dimana pengguna merasa perlu meningkatkan dosis untuk mendapatkan efek yang sama. Hal ini juga terkait dengan peningkatan angka overdosis opioid di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Penggunaan obat pereda nyeri harus selalu mengikuti dosis yang dianjurkan pada kemasan atau sesuai resep dokter. Untuk kondisi nyeri ringan, pendekatan non-farmakologis seperti terapi fisik, kompres hangat atau dingin, dan meditasi dapat menjadi alternatif yang lebih aman. Selain itu, penting untuk tidak menggabungkan beberapa jenis obat pereda nyeri tanpa persetujuan medis, karena dapat meningkatkan risiko keracunan obat.
Dikutip dari laman WebMD juga menyarankan agar pasien yang memiliki riwayat gangguan lambung, ginjal, atau hati berkonsultasi terlebih dahulu sebelum mengonsumsi obat jenis ini. Pemeriksaan rutin juga disarankan untuk mendeteksi efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaan jangka panjang.
Lembaga kesehatan seperti World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar pemerintah dan masyarakat meningkatkan kesadaran terkait bahaya penyalahgunaan obat pereda nyeri. Edukasi tentang efek samping serta pengelolaan rasa sakit yang aman perlu terus digalakkan untuk mencegah dampak buruk di masa depan.
Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga telah memberikan pedoman terkait penggunaan obat pereda nyeri yang dijual bebas. Namun, masyarakat tetap perlu waspada terhadap iklan atau promosi produk obat yang menjanjikan hasil instan tanpa risiko.