
TANGERANG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Usai ditetapkan sebagai tersangka kasus pagar laut Tangerang, Kepala Desa (Kades) Kohod, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten, Arsin bin Asip tiba-tiba menghilang!
Dia tidak ditemukan di rumah dan Kantor Kepala Desa, usai dirinya ditetapkan sebagai tersangka kasus pemalsuan dokumen terkait penerbitan Sertifikat Hak Milik (SHM) dan Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) di wilayah pagar laut Tangerang, oleh Bareskrim Polri.
Tribunnews kembali mendatangi rumah pribadi Arsin di Jalan Kalibaru Kohod, Desa Kohod, pada Rabu (19/2/2025) siang.
Namun, pencarian keberadaan Arsin tak membuahkan hasil. Rumahnya terlihat sepi, hanya ada beberapa simpatisan atau pasukan pengaman desa (paspamdes) yang berjaga. Mereka enggan memberi keterangan terkait keberadaan Arsin.
Upaya pencarian juga dilakukan di Kantor Kepala Desa Kohod yang berjarak sekitar satu kilometer dari rumahnya. Namun, staf kantor desa mengaku tidak mengetahui keberadaan sang kepala desa, meski kantor tetap beroperasi seperti biasa.
Kuasa hukum Arsin, Yunihar, mengungkapkan bahwa dirinya sempat bertemu dengan Arsin pada malam sebelum penetapan tersangka diumumkan. Namun, setelah itu, ia juga tidak mengetahui keberadaan kliennya.
Kasus yang menjerat Arsin terkait pemalsuan dokumen SHM dan SHGB di wilayah pagar laut Tangerang. Selain Arsin, Sekretaris Desa Kohod Ujang Karta, serta dua orang berinisial SP dan CE, juga ditetapkan sebagai tersangka oleh Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri.
Berdasarkan hasil penyelidikan, keempat tersangka diduga terlibat dalam pemalsuan berbagai dokumen tanah, seperti girik, surat pernyataan penguasaan fisik bidang tanah, dan surat kuasa pengurusan sertifikat. Dokumen-dokumen palsu itu digunakan untuk penerbitan 260 SHM atas nama warga Desa Kohod.
Bareskrim Polri masih terus mengembangkan penyidikan untuk mengungkap motif ekonomi di balik kasus ini. Keempat tersangka diketahui saling tuding terkait aliran uang dalam pembuatan dokumen palsu tersebut.
“Kami terus mengembangkan penyidikan. Yang jelas, motifnya terkait ekonomi,” kata Dirtipidum Bareskrim Polri, Brigjen Djuhandani Rahardjo Puro.
Kasus ini menjadi sorotan publik, terutama setelah Arsin menghilang usai ditetapkan sebagai tersangka. Hingga saat ini, pihak kepolisian masih melakukan pencarian untuk menemukan keberadaan Kades Kohod tersebut.