
JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kegiatan mengoplos sering kali diasosiasikan dengan tindakan yang dilakukan secara diam-diam karena dianggap melanggar aturan. Namun, kali ini praktik pengoplosan justru melibatkan para petinggi BUMN Pertamina yang diduga mencampur bahan bakar minyak (BBM) RON 88 dengan Pertamax.
Karena kegiatan oplos mengoplos ini, Maya Kusmaya, Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga, resmi ditetapkan sebagai tersangka. Modusnya adalah perintah mengoplos BBM RON 88 menjadi Pertamax.
Ia diduga memberikan instruksi langsung kepada Riva Siahaan untuk melakukan praktik ilegal tersebut.
Kasus tersebut diperkirakan merugikan negara hingga Rp193,7 triliun pada 2023. Jika praktik pengoplosan ini berlangsung selama lima tahun ke belakang, kerugian negara bisa mencapai Rp968,5 triliun.
Peran Maya Kusmaya dalam Kasus Oplosan BBM
Maya Kusmaya diangkat sebagai Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga sejak Juni 2023, menggantikan posisi Riva Siahaan yang kini juga ditetapkan sebagai tersangka. Pada awalnya, Maya diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak dan produksi kilang di Pertamina.
Namun, karena tidak memenuhi panggilan pemeriksaan, Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkannya sebagai tersangka pada Rabu (26/02/2025). Penetapan ini bersamaan dengan penetapan tersangka terhadap Edward Corne, VP Trading Operations PT Pertamina Patra Niaga.
Direktur Penyidikan pada Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejagung, Abdul Qohar, mengungkapkan bahwa Maya memberikan instruksi dan persetujuan kepada Edward untuk mencampur BBM RON 88 (Premium) dengan RON 92 (Pertalite) sehingga menghasilkan RON 92 (Pertamax).
Karena tidak menghadiri panggilan pemeriksaan, penyidik menjemput paksa Maya dan Edward di kantor mereka pada Rabu (26/02/2025) pukul 14.00 WIB. Keduanya kemudian ditahan di Rutan Salemba Cabang Kejagung selama 20 hari untuk kepentingan pemeriksaan lebih lanjut.
Profil Maya Kusmaya
Maya Kusmaya lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 31 Agustus 1980. Ia menyelesaikan pendidikan S-1 Teknik Kimia di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan melanjutkan S-2 di Jurusan Natural Gas Technology di Norwegian University of Science and Technology (NTNU).
Maya bergabung dengan PT Pertamina dan menduduki berbagai posisi strategis di PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Gas, dan PT Pertamina Patra Niaga. Sejak Juni 2023, ia diangkat sebagai Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga.
Skandal Korupsi Pertamina dan Identitas 7 Tersangka
Kasus korupsi tata kelola minyak dan produksi kilang ini melibatkan tujuh tersangka, empat di antaranya merupakan petinggi PT Pertamina Patra Niaga. Mereka diduga merugikan negara hingga Rp193,7 triliun.
Berikut adalah ketujuh tersangka dalam kasus ini:
- Riva Siahaan (RS) – Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga
- SDS – Direktur Feedstock dan Product Optimization PT Kilang Pertamina Internasional
- AP – VP Feedstock Management PT Kilang Pertamina Internasional
- YF – Pejabat di PT Pertamina International Shipping
- MKAN – Beneficial owner PT Navigator Khatulistiwa
- DW – Komisaris PT Navigator Khatulistiwa dan Komisaris PT Jenggala Maritim
- GRJ – Komisaris PT Jenggala Maritim dan Direktur Utama PT Orbit Terminal Merak
Kasus ini bermula dari kewajiban PT Pertamina untuk mencari pasokan minyak bumi dari kontraktor dalam negeri sebelum merencanakan impor, sesuai dengan Pasal 2 dan Pasal 3 Permen ESDM Nomor 42 Tahun 2018.
Namun, para tersangka justru bersekongkol untuk menurunkan produksi kilang dan menolak produksi minyak dalam negeri dengan alasan tidak memenuhi nilai ekonomis dan spesifikasi yang diinginkan. Akibatnya, Pertamina melakukan impor minyak mentah dengan harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan produksi dalam negeri.
Kasus ini juga melibatkan dugaan manipulasi harga dan mark up kontrak dalam pengiriman minyak impor, yang menyebabkan kerugian negara hingga Rp 193,7 triliun.