SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Safari “Pengajian dan Pengarahan” Ramadan 1466 H bagi sivitas akademika. Safari Ramadan tahun ini terbagi ke dalam empat kloter yang dimulai pada tanggal 14-19 Maret 2025. (bisa juga dibaca di link web : news.ums.ac.id)
Pada kloter pertama, Jumat (14/3/2025), pengajian dan arahan disampaikan kepada biro dan unit Fakultas Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Fakultas Agama Islam, Lembaga Pengembangan Pondok, Al-Islam, dan Kemuhammadiyahan, Pesma Mas Mansyur, Lembaga Bahasa dan Ilmu Pengetahuan Umum, Pondok Shabran, Ma’had Abu Bakar, Badan Pengembangan Usaha, Biro Kerjasama dan Urusan Internasional, Biro Pengembangan SDM, Badan Perencanaan dan Pengembangan, dan Biro Humas dan Pemeringkatan.
Pada kesempatan tersebut, Rektor UMS Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si., menyampaikan tentang Muhammadiyah dan Risalah Islam Berkemajuan. Rektor UMS didampingi oleh Wakil Rektor IV Prof. dr. Dr. Em Sutrisna, M.Kes, Wakil Rektor V Prof. Supriyono , S.T., M.T., Ph.D, dan Sekretaris Rektor Prof. Dr. Anam Sutopo.
Sofyan Anif menuturkan akan keunggulan Muhammadiyah apabila mengacu pada Sustainable Development Goals (SDGs) maka Muhammadiyah adalah yang nomor satu. Muhammadiyah adalah lembaga yang hampir memenuhi semua indikator SDGs.
“Dalam sejarah perjuangan bangsa kita, yang paling berada di depan itu ya Muhammadiyah, dengan berpikir secara kontekstual tidak hanya tekstual,” ujar dia.
Dengan tajdid Muhammadiyah akhirnya memberikan implikasi penjabaran yang tertulis di Al-Quran dan As-Sunnah menjadi bentuk bentuk lain seperti fikih air, fikih lingkungan, fikih wanita, dan sebagainya.
“Itu semua ada di indikator SDGs,” tegasnya.
Selanjutnya, Rektor UMS itu menerangkan tentang Risalah Islam Berkemajuan yang merupakan ideologi terakhir dari Muhammadiyah. Menurutnya ketika berbicara tentang Risalah Islam Berkemajuan, ini merupakan risalah yang sudah sejak awal Muhammadiyah berdiri.
“Risalah Islam Berkemajuan itu adalah perwujudan nilai yang ada di dalam Al-Quran dan hadis yang kemudian ditetapkan menjadi sebuah ideologi yang diyakini sebagai kebenaran,” kata dia.
Dia bercerita bagaimana ketika di zaman Rasulullah untuk menentukan 1 Ramadan dilakukan secara tekstual dengan rukyatul atau murni, namun sekarang dilakukan dengan rukyatul bil ‘ilmi artinya dengan pengetahuan yaitu hisab. Tidak hanya itu, Muhammadiyah dalam memahami Al-Quran dan hadis, Muhammadiyah sudah bukan hanya bayani tetapi juga burhani.
“Bahkan sekarang ini banyak produk-produk Muhammadiyah yang tidak hanya kontekstual tapi masuk ke irfani karena memberikan nilai yang luar biasa untuk kehidupan umat manusia,” tuturnya.
Sofyan Anif juga menyampaikan bahwa berdakwah itu tidak harus bil lisan (verbal) tetapi bisa dengan bil hal dengan melakukan tindakan terpuji.
Pada Safari Ramadan ini, Rektor UMS dan pimpinan universitas juga mengharapkan adanya masukan-masukan dari sivitas akademika demi pengembangan kampus. Setelah melalui diskusi, Rektor UMS mengindahkan masukan tersebut.
Sementara itu, Sofyan Anif menggarisbawahi juga bahwa dana beasiswa bagi dosen atau tendik untuk menempuh program doktor, setiap tahunnya tidak terserap. Dia berharap, dosen dan tendik bisa memanfaatkan dana tersebut untuk melanjutkan studi S3.
“Saya menunggu usulan bapak ibu terkait dengan studi lanjut S3, barangkali ada usulan yang lebih bagus,” kata dia. Prihatsari