Beranda Daerah Solo KB Sinar Kasih dan SeKata Hidupkan Kembali Tradisi Mendongeng di Era Digital

KB Sinar Kasih dan SeKata Hidupkan Kembali Tradisi Mendongeng di Era Digital

Foto bersama antara para narasumber, kepala sekolah, guru serta orangtua murid KB Sinar Kasih, Solo | Foto: Istimewa

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM —  Mendongeng bukan sekadar aktivitas hiburan sebelum tidur. Di tangan orang tua yang paham maknanya, dongeng bisa menjadi media pendidikan karakter yang dahsyat. Itulah semangat yang diusung dalam Workshop Parenting bertajuk “Dongeng: 10 Menit Mengubah Masa Depan Sang Buah Hati” yang digelar KB Sinar Kasih bekerja sama dengan komunitas literasi SeKata, Rabu (8/10/2025).

Acara yang berlangsung di aula KB Sinar Kasih, Solo tersebut dihadiri para orang tua murid dengan antusias. Kepala Sekolah KB Sinar Kasih, Ernawati Ambarringrum, SH, usai memaparkan sosialiasi program sekolah, menyampaikan betapa pentingnya peran orang tua dalam menumbuhkan budaya literasi sejak usia dini.
“Sepuluh menit membacakan dongeng setiap hari mungkin terasa singkat, tapi efeknya bisa bertahan seumur hidup anak,” ujarnya.

Interaksi aktif terbangun antara narasumber dengan audiens terbangun ketika Didik Kartika menyampaikan paparannya | Foto: Suhamdani

Workshop menghadirkan tiga narasumber dari berbagai bidang. Didik Kartika, seorang parenting expert, berbagi kiat agar kegiatan mendongeng menjadi rutinitas yang menyenangkan tanpa harus memaksa anak duduk diam. Ia juga mengulas pentingnya intonasi suara, ekspresi wajah, dan keterlibatan emosi dalam membangun kedekatan antara orang tua dan anak.

Didik mengajak peserta memahami bagaimana cerita bisa menjadi sarana menanamkan nilai moral dan empati. Dongeng, menurut Didik, menjadi pintu awal komunikasi yang intens antara orangtua dengan anak.

Albert Wei saat menyampaikan materinya di depan audiens orang tua murid KB Sinar Kasih | Foto: Suhamdani

“Anak belajar dari cerita yang diceritakan dengan hati. Dongeng adalah jembatan membangun imajinasi dan karakter yang lebih baik,  terutama di tengah era digital yang semakin dinamis ini,” ungkapnya.

Baca Juga :  Himki Rekomendasikan Strategi Proindustri dan Proekspor pada Pemerintah

Albert Wei, CHt, seorang praktisi mind programming, menambahkan sudut pandang psikologis. Menurutnya, dongeng memiliki kekuatan untuk menanamkan sugesti positif di alam bawah sadar anak.

“Melalui cerita, orang tua bisa menanamkan keyakinan dan semangat tanpa harus menggurui,” jelasnya.

Hamdani MW saat memaparkan materinya tentang praktik menulis cerita anak | Foto: Istimewa

Sementara itu, tanpa banyak berteori, Hamdani MW langsung mengajak audiens yang sebagian besar merupakan orangtua siswa, untuk melakukan praktik menggali ide cerita. Menurutnya, kesulitan pertama seseorang menulis cerita adalah menggali ide.

Untuk mengatasi kesulitan tersebut, Hamdani mengajak audiens untuk bermain-main ide cerita melalui “dua kata ajaib”. Kata pertama menggambarkan tokoh, dan kata kedua menggambarkan keterangan tempat.

“Kemungkinan apa yang terjadi jika seekor ‘kucing’ berada di ‘hutan misterius’?” Permainan imajinasi semacam itulah, yang menurut Hamdani akan memancing seseorang untuk bisa menulis cerita dengan lebih mudah. Langkah berikutnya menciptakan konflik yang dialami oleh tokoh utama, dan selanjutnya adalah solusi.

Selama sesi berlangsung, suasana terlihat hidup. Audiens tampak antusias mengikuti paparan narasumber yang disampaikan secara ringan dan interaktif. Narasumber juga kerap melibatkan peserta untuk bertanya atau menyampaikan pandangan, sehingga suasana menjadi lebih akrab dan menarik.

Foto bersama antara para narasumber dengan Kepala KB Sinar Kasih, Ernawati Ambarringrum, SH (3 dari kiri) dan para guru | Foto: Istimewa

Selain mendapatkan wawasan baru, peserta juga memperoleh e-book gratis berjudul “Orang Tua, Cahaya Masa Depan Anak” sebagai panduan lanjutan dalam mendampingi tumbuh kembang anak di rumah.

Didik Kartika menyampaikan bahwa workshop tersebut tidak akan berhenti pada satu pertemuan saja. Ke depan, para orang tua murid akan difasilitasi dalam sebuah grup WhatsApp sebagai ruang komunikasi dan pendampingan, baik dalam bentuk motivasi maupun bimbingan teknis penulisan cerita anak. Ia menambahkan, hasil dari pendampingan itu nantinya akan dihimpun dan diterbitkan menjadi sebuah buku antologi cerita anak.

Baca Juga :  Keluarganya Terdampak Banjir, Kisah Pemilik Warung Asal Aceh di Solo Gratiskan Makan untuk Pelajar dan Mahasiswa Perantau dari Aceh

Kegiatan ini merupakan bagian dari gerakan literasi keluarga yang diinisiasi oleh SeKata dengan mengusung tema “Literasi untuk Masa Depan”. Melalui gerakan tersebut, diharapkan tradisi mendongeng dapat kembali tumbuh di tengah kehidupan keluarga modern yang semakin disibukkan oleh gawai dan rutinitas sehari-hari.

“Dengan kembali pada cerita, kita sejatinya sedang menanamkan cinta dan kebijaksanaan dalam diri anak,” ujarnya.  [*]

 

 

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.