BANTUL, JOGLOSEMARNEWS.COM — Penulis dan novelis R. Toto Sugiharto kembali menyapa pembaca lewat karya terbarunya berjudul Owel. Novel tersebut menyoroti denyut budaya masyarakat Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan merupakan salah satu naskah yang pernah memenangkan Sayembara Penulisan Fiksi Sosial 2005 yang digelar Pemerintah Kabupaten Bantul bersama Dewan Kebudayaan Bantul dan Institut Kebudayaan Selatan.
Toto mengungkapkan bahwa proses kreatif Owel sejak awal dipengaruhi oleh strategi membaca karakter para juri sayembara. Dirinya menyesuaikan beberapa unsur cerita agar selaras dengan preferensi masing-masing juri.
“Karena jurinya ada Putu Wijaya maka judulnya satu kata saja. Sebagaimana karya-karya Putu Wijaya. Kemudian soal seni pertunjukan berupa ngamen tari yang menjadi basis kesukaan Owel tentu akan masuk pada selera juri lain yaitu Nano Riantiarno. Lalu sisi religiusitas Islam-Kejawen pastilah masuk pada selera juri Prof. Dr. Suminto Ahmad Sayuti,” papar Toto.
Pendekatan tersebut terbukti ampuh. Owel kemudian dinobatkan sebagai salah satu pemenang sayembara, memperkuat rekam jejak Toto dalam dunia penulisan fiksi.
Meski sudah lama ingin membawa novel ini ke penerbit, baru pada tahun ini Toto menemukan rumah penerbitan yang cocok, yakni Penerbit Senarai Ide Bangsa. Ia menyebut proses penyusunan novel tersebut sangat melekat dalam ingatannya karena terjadi menjelang peristiwa gempa besar Bantul 2006.
Saat itu, Toto masih ingat imbauan Sri Sultan Hamengkubuwana X agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan, termasuk tradisi konsumsi sayur lodeh dan asem-aseman yang dipercaya sebagai simbol perlindungan. “Namun, ketentuan Tuhan memang berbeda,” ujar Toto mengenang momen tersebut.
Meski ditulis hampir dua dekade lalu, Toto menilai Owel tetap relevan. Menurutnya, dinamika sosial dan budaya masyarakat Bantul selalu menyediakan ruang untuk terus digali dan dibaca ulang.
Gaya bertutur Toto yang lugas dan mengalir—ciri khas seorang jurnalis—membuat karya-karyanya mudah diterima pembaca luas. Sebelumnya, ia telah melahirkan sejumlah karya seperti Dalam Bejana Jam Pasir (2004) yang dicetak 10 ribu eksemplar untuk program pengadaan buku sastra Kemendikbud, serta Mentaok (2016) yang meraih Juara Pertama Sayembara Menulis Novel Balai Bahasa DIY.
Toto juga dikenal produktif dalam menulis novel berbahasa Jawa dan naskah sandiwara radio yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan DIY. Novel Owel menambah panjang daftar karyanya yang memperkaya khasanah sastra Indonesia. [Hamdani MW]
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.















