Beranda Daerah Wonogiri Banjir Terancam Kehilangan Panggung di Wonogiri, Buktinya Puluhan Sumur Resapan Mulai Bekerja

Banjir Terancam Kehilangan Panggung di Wonogiri, Buktinya Puluhan Sumur Resapan Mulai Bekerja

Sumur
Penjelasan seputar pengelolaan air melalui sumur resapan di Embung Waleng Desa Waleng Kecamatan Girimarto Wonogiri. Joglosemarnews.com/Aris Arianto

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Banjir yang beruntun melanda sejumlah wilayah di Indonesia menjadi alarm keras soal pentingnya pengendalian air yang lebih nyata dan terukur. Di tengah kondisi itu, Wonogiri memilih bergerak lewat langkah konkret: membangun puluhan sumur resapan sebagai strategi menahan laju air hujan agar tidak langsung berubah menjadi banjir di permukaan.

Langkah ini resmi ditandai dengan peresmian pembangunan sumur resapan di Embung Waleng, Desa Waleng, Kecamatan Girimarto Wonogiri, Rabu (3/12/2025). Program tersebut merupakan hasil kolaborasi lintas lembaga, dipimpin oleh Perum Jasa Tirta I bersama Perum Perhutani, PT Angkasa Pura Indonesia, PT Kawasan Industri Wijayakusuma, DAMRI, serta Cabang Dinas Kehutanan XI.

Total ada 95 titik sumur resapan yang dibangun dan tersebar di enam desa di Kecamatan Girimarto. Seluruhnya dirancang untuk bekerja sebagai sistem infiltrasi cepat, menahan air hujan agar tidak seluruhnya mengalir di permukaan tanah.

Wakil Presiden Regional I Perum Jasa Tirta I, Ganindra Adi Cahyono, menjelaskan bahwa prinsip utama sumur resapan adalah memasukkan air ke dalam tanah sejak awal hujan turun.

Menurutnya, ketika air hujan langsung masuk ke tanah, debit aliran permukaan otomatis berkurang.

Baca Juga :  Pidekso Telan Korban, Detik detik Warga Meninggal Saat Jala Ikan

“Dampaknya berlapis: risiko banjir menurun, cadangan air tanah bertambah, dan keseimbangan hidrologi lebih terjaga. Air yang tersimpan di bawah tanah juga menjadi penopang penting bagi vegetasi dan penghijauan, karena akar tanaman memiliki pasokan air yang stabil meski musim kering ekstrem,” jelas dia.

Ganindra menegaskan bahwa secara teknis, sumur resapan adalah metode paling cepat dan realistis saat ini untuk meresapkan air hujan. Pendekatan ini bukan uji coba terbatas, melainkan sudah melalui berbagai kajian dan praktik lapangan di banyak wilayah Indonesia, mulai dari Jawa, Sumatera, Kalimantan hingga Papua. Ia menambahkan, manfaat nyata akan semakin terasa jika pemeliharaan dan pembangunan dilakukan berkelanjutan, bukan berhenti pada seremoni.

Dari sisi daerah, Bupati Wonogiri Setyo Sukarno menilai kehadiran sumur resapan memberi efek signifikan pada ketahanan air masyarakat. Ia mencontohkan lahan pertanian dan tanaman buah yang berada di sekitar sumur resapan cenderung menunjukkan peningkatan produktivitas karena ketersediaan air tanah yang lebih terjaga.

Setyo Sukarno menyebut, jika optimalisasi lahan dengan tanaman bernilai ekonomi menjadi kebiasaan baru warga Wonogiri, maka dampaknya tidak berhenti pada isu lingkungan semata. Ketersediaan air yang stabil akan mendorong panen lebih baik, ketahanan pangan meningkat, dan pada akhirnya berimbas langsung pada perputaran ekonomi masyarakat desa.

Baca Juga :  Bea Cukai Terancam Dibekukan Publik Auto Setuju, Fakta Demi Fakta Dugaan Negatif Terkuak

Dengan 95 sumur resapan yang sudah berdiri dan potensi pengembangan ke wilayah lain, Wonogiri mencoba memadukan solusi banjir, konservasi air, dan penguatan ekonomi lokal dalam satu langkah. Bukan sekadar menahan air hujan, tetapi mengubahnya menjadi modal jangka panjang bagi lingkungan dan kesejahteraan warga. Aris Arianto

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.