JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyatakan tidak keberatan untuk mengembalikan konsesi tambang ke Pemerintah sesuai desakan mantan Ketum PBNU, KH Said Aqil Siroj.
Pernyataan tersebut disampaikan Gus Yahya saat menanggapi dorongan Kiai Said Aqil yang menilai pengelolaan tambang justru membawa lebih banyak mudarat bagi organisasi.
Menurut Gus Yahya, pengembalian konsesi memungkinkan dilakukan sepanjang ditempuh melalui mekanisme resmi dan disepakati secara kolektif oleh struktur PBNU.
“Iya itu gak masalah, tapi semua harus dibicarakan bersama. Toh, karena keputusannya ini juga keputusan bersama, maka kalau diubah harus dengan pembicaraan bersama,” kata Gus Yahya di Jakarta, Kamis (11/12/2025).
Ia menegaskan, setiap kebijakan strategis di tubuh NU tidak bisa diputuskan secara sepihak. Seluruh perubahan, termasuk terkait pengelolaan tambang, harus melalui musyawarah organisasi agar tetap sejalan dengan prinsip kebersamaan yang menjadi fondasi jam’iyah.
Gus Yahya juga menanggapi anggapan publik yang kerap mengaitkan dinamika internal PBNU dengan isu konsesi tambang. Menurutnya, wajar bila persoalan tersebut menyedot perhatian luas karena melibatkan kepentingan besar dan menyentuh banyak pihak.
“Bahwa kemudian ada gambaran terkait dengan tambang, mungkin saya kira ya masyarakat melihat yang paling banyak kerumunan, kepentingannya ada di situ,” jelasnya.
Meski demikian, Gus Yahya menepis anggapan bahwa tambang menjadi satu-satunya sumber persoalan di internal NU. Ia menegaskan bahwa dinamika organisasi jauh lebih kompleks dan tidak bisa disederhanakan hanya pada satu isu.
“Tapi kita pasti lihat lah, karena ini kompleks ada masalah macam-macam,” tegas Gus Yahya.
Sebelumnya, Mustasyar PBNU KH Said Aqil Siroj secara terbuka menyampaikan keprihatinannya terhadap polemik tambang. Ia menilai, meski pada awalnya kebijakan tersebut dimaksudkan untuk mendorong kemandirian ekonomi NU, dalam praktiknya justru memicu kegaduhan, perdebatan tata kelola, serta gesekan di internal organisasi. [*] Disarikan dari sumber berita media daring
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.














